Dosen STIKEP PPNI Jawa Barat, Masdum Ibrahim, Ungkap Pentingnya Kesehatan Jiwa Pada Remaja

Kondisi kesehatan mental masyarakat yang semakin memprihatinkan berpengaruh pada produktivitas nasional yang dapat menghambat Indonesia untuk maju.

istimewa
Dosen Keperawatan Jiwa STIKep PPNI Jawa Barat, Masdum Ibrahim, mengungkapkan pentingnya kesehatan jiwa bagi remaja saat melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni Pengabdian Kepada Masyarakat di SMP Negeri 4 Cisarua Kabupaten Bandung Barat. 

TRIBUNJABAR.ID - Jumlah kasus gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah akibat berbagai faktor risiko biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk. Hal ini berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan beberapa masalah kesehatan jiwa, yaitu prevalensi gangguan jiwa berat ( skizofrenia) meningkat dari 0,15 persen menjadi 0,18 persen; terdapat sekitar 31,5 persen rumah tangga melakukan pasung terhadap penderita Skizofrenia dalam 3 bulan terakhir; hanya sekitar 41,8 persen penderita skizofrenia yang minum obat secara teratur

Hal ini disampaikan Dosen Keperawatan Jiwa STIKep PPNI Jawa Barat, Masdum Ibrahim, saat melakukan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di SMP Negeri 4 Cisarua Kabupaten Bandung Barat. 

Masdum Ibrahim menyebutkan bahwa kesehatan mental yang baik untuk individu merupakan kondisi dimana individu terbebas dari segala hal yang mengganggu psikologis, emosional maupun sosial, dan kondisi dimana individu dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya dalam menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah yang mungkin ditemui sepanjang hidupnya.

"Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya," ujar Masdum dalam keterangannya, Rabu (16/8/2023).

Masdum menyebutkan saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Prevalensi gangguan mental pada populasi penduduk dunia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 memperoleh data gangguan mental sebesar 12 persen, tahun 2001 meningkat menjadi 13 persen.

Tahun 2002 hasil survei menunjukkan bahwa 154 juta orang secara global mengalami depresi dan 25 juta orang menderita skizofrenia, 15 juta orang berada di bawah pengaruh penyalahgunaan zat terlarang, 50 juta orang menderita epilepsy dan sekitar 877.000 orang meninggal karena bunuh diri tiap tahunnya. Diprediksikan pada tahun 2015 menjadi 15 persen, dan pada negara-negara berkembang prevalensinya lebih tinggi.

"Kondisi kesehatan mental masyarakat yang semakin memprihatinkan akan berpengaruh pada produktivitas nasional. Hal ini dapat menghambat Indonesia dalam transisi menjadi negara maju pada tahun 2045. Layanan kesehatan mental menjadi krusial dan membutuhkan perhatian yang sama dengan kesehatan fisik," katanya.

Masdum menyebutkan bahwa menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6 persen yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku.

Hal ini, menurut Masdum, seperti diungkapkan oleh Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Yanuar Nugroho, yang mengatakan kondisi kesehatan mental kaum muda sekarang tergolong memprihatinkan. Padahal, mereka adalah kunci Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle-income trap) dan pemanfaatan bonus demografi.

"Permasalahan kesehatan yang sering dialami remaja tidak hanya permasalahan kesehatan secara fisik tetapi juga mental dan sosial. Remaja saat ini dihadapkan oleh beragam permasalahan yang harus dibantu untuk menyelesaikannya," katanya.

Sementara terkait PKM di SMP Negeri 4 Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Masdum mengatakan bahwa kegiatan ini memiliki tujuan untuk memberikan edukasi kesehatan kepada siswa dan siswi.

"Edukasi yang diberikan meliputi kesehatan mental dan kemampuan sosial serta berbagai kemampuan dasar dalam mengatasi permasalahan psikososial yang sering dihadapi oleh remaja seperti kecemasan, mampu memparktikan cara sederhana dalam mengendalikan emosi, mengatasi stress, meningkatkan harga diri dan menyelesaikan konflik dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Sementara itu, Keysa Amelia, salah satu peserta mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dan penyampaian materi sangat menarik serta mudah dipahami.

"Semoga saya dapat mempraktekan beberapa cara dalam mengendalikan emosi, mengatasi stres dan menyelesaikan konflik. Saya juga sangat senang selama proses edukasi didampingi kakak-kakak mahasiswa STIKep PPNI Jawa Barat seperti, Sansa, Miftah dan Sheila," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved