Amalan-amalan Sunnah Sebelum Salat Idul Adha 2023, Dapat Dilakukan Mulai Malam Ini

Inilah amalan-amalan sunnah sebelum Idul Adha 2023 dapat dilakukan mulai magrib hingga menjelang salat Idul Adha.

Pixabay
Inilah amalan-amalan sunnah sebelum Idul Adha 2023. 

TRIBUNJABAR.ID - Inilah amalan-amalan sunnah sebelum Idul Adha 2023.

Menjelang Hari Raya Idul Adha, umat Muslim dapat melakukan amalan sunnah.

Amalan sunnah dapat dilakukan mulai maghrib hingga menjelang salat Idul Adha.

Baca juga: 40 Kata-kata Minta Maaf Idul Adha 2023 yang Penuh Haru, Sampaikan Pada Keluarga Hingga Teman Dekat

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sejumlah amalan menyambut datangnya Hari Raya Idul Adha yang dicontohkan Rasulullah SAW dan dijelaskan melalui hadits.

1. Mengumandangkan Takbir

Umat Islam sangat dianjurkan untuk mengumandangkan takbir di saat malam hari raya Idul Adha.

Takbiran ini bisa dilakukan saat terbenamnya matahari hingga pelaksanaan hari Raya Idul Adha dan berakhir di hari tasyrik pada waktu ashar (13 Dzulhijjah).

Kumandang takbir ini menandangan ajakan untuk menyebut kebesaran Allah serta mengajak umat Islam lainnya melakukan hal yang sama.

2. Melaksanakan shalat Idul Adha

Shalat Idul Adha dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah pada tiap tahunnya, atau dilaksanakan sehari selepas umat Islam yang tengah berhaji melaksanakan wukuf di Padang Arafah.

Sholat Idul Adha biasanya dilaksanakan di masjid atau lapangan terbuka dengan mengumpulkan umat Muslim dari berbagai lapisan masyarakat.

Sebelum sholat Idul Adha disunnahkan:

- Melaksanakan Mandi Besar Sebelum Shalat Idul Adha

Pelaksanaan mandi besar ini seperti pada mandi besar biasanya, hanya saja niatnya berbeda. Bukan saja Idul Fitri, Idul Adha pun menjadi hari raya umat Islam. Hal ini seperti yang disampaikan dalam hadist sebagai berikut, “Dari Nafi’, beliau mengatakan bahwa Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan”. (HR. Malik dan asy-Syafi’i dan sanadnya shahih)

- Menggunakan Pakaian Terbaik untuk

Melaksanakan Shalat Ied Di hari raya besar Islam, umat Islam disunnahkan untuk menggunakan pakaian terbaiknya, khususnya saat akan melaksanakan shalat Idul Adha. Pakaian terbaik bukan berarti pakaian baru dan mahal. Pakaian terbaik adalah pakaian yang paling bagus dari yang kita miliki. Karena sebaik-baiknya pakaian di hadapan Allah adalah pakaian “taqwa”.

Hal ini seperti yang disampaikan dalam sebuah hadist berikut, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki pada dua hari raya” (HR. Hakim)

- Memakai Wangi-wangian

Selain sunnah untuk menggunakan pakaian terbaik ketika shalat Idul Adha, umat Islam juga disunnahkan untuk menggunakan wangi-wangian atau minyak wangi. Tentunya, wangi yang tidak berlebihan dan tidak mengganggu orang yang berada di dekat kita. Hal ini sebagaimana yang disampaikan dalam hadist,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki pada dua hari raya dan memakai minyak wangi” (HR. Hakim)

- Tidak Makan Sebelum Shalat Ied

Di hari raya Idul Adha, umat Islam disunnahkan untuk tidak makan terlebih dahulu dan segera makan setelah selesai Shalat Ied. Hal ini berbeda dengan shalat Idul Fitri yang justru disunnahkan untuk makan terlebih dahulu. Jadi, pastikan sunnah ini bisa kita laksanakan dan jangan sampai lupa dilakukan saat setelah bangun tidur, mandi, dan menuju perjalanan Shalat Idul Adha.

- Berangkat Lebih Awal

Untuk melaksanakan Shalat Idul Adha, sebaiknya kita berangkat lebih awal dan sampai di tempat shalat dengan tenang atau tidak terburu-buru. Sambil menunggu shalat berjamaah kita bisa duduk sambil ber takbir dan berdzikir. Kesempatan ini tentu menjadi hal yang baik, terlebih shalat Idul Adha hanya dilakukan satu tahun sekali saja.

- Berjalan Kaki Saat Menuju Tempat Shalat Idul Adha

Jika tempat shalat kita cukup dekat dan mudah untuk dijangkau, maka sebaiknya kita mengikuti sunnah Rasulullah yaitu berjalan kaki menuju tempat shalat Idul Adha. Hal ini sebagaimana yang disampaikan dalam sebuah hadits,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.“ (HR. Ibnu Majah)

- Melewati Jalan Berbeda Saat Pulang dan Pergi Shalat Ied

Dalam sebuah hadits disampaikan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Id, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.“ (HR. Al Bukhari).

Sebagaimana hadits tersebut, tentu ada berbagai hikmah yang bisa kita ambil. Misalnya, dengan melewati jalan berbeda kita dapat lebih banyak bertemu dengan orang, bersilaturahmi, atau melihat kondisi sekitar yang jarang kita ketahui. Siapa tahu di sana ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan, jarang kita bantu, dsb.

- Mengajak Wanita/Istri atau Anak-Anak ke Tempat Shalat Idul Adha

Mayoritas ulama berpendapat bahwa Shalat Idul Adha adalah sunnah muakad. Rasulullah pun memerintahkan wanita atau anak-anak tetap ikut ke tempat shalat untuk mendengarkan khutbah di pinggir lapangan tempat shalat (bagi yang sedang berhalangan shalat). Hal ini menunjukkan bahwa Shalat Idul Adha memiliki keutamaan dalam sisi khutbah yang disampaikan. Jadi walaupun wanita sedang berhalangan shalat, disunnahkan tetap mendengar khutbahnya.

3. Berkurban pada hari raya Idul Adha dan hari-hari Tasyriq (jika mampu).

Kurban dilakukan pada hari raya Idul Adha dan hari-hari Tasyrik bulan Dzulhijah

Sunnah berkurban ini dijelskan dalam hadis Imam Bukhori serta Imam Muslim. Serta diceritakan Anas Radhiyallahu anhu:

ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

Nabi berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan ber takbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. [Muttafaq ‘Alaihi]

Itulah amalan- amalan yang disyari’atkan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Setelah melakukan berbagai amal shalih di atas, kita jangan lupa berdoa agar Allah SWT berkenan menerima amal ibadah yang telah dilakukan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As, ketika akan selesai melaksanakan perintah Allah SWT untuk membangun Ka’bah, mereka berdoa:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Ya Rabb kami, terimalah daripada kami ( amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al-Baqarah/2:127]

Ini merupakan wujud kehati-hatian, barangkali dalam pelaksanaan ibadah yang Allah Azza wa Jalla perintahkan kepada kita ada yang kurang syarat atau lain sebagainya.

Kalau Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As saja berdoa agar amalan mereka diterima, maka kita pun sudah sepatutnya untuk berdoa demikian. (*)

Baca artikel Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

 

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved