SBY Luncurkan Buku Cawe-cawe Presiden Jokowi, Politisi PPP Sebut Ada Tendensi Politik

Ketua DPP PPP Achmad Baidowi merespons perihal presiden keenam RI SBY yang merilis buku berjudul Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi.

Tribunnews.com/Fersianus Waku
Ketua DPP PPP Achmad Baidowi alias Awiek. 

"Bagi kita (kader Demokrat), buku ini menjadi obat penawar rindu akan pandangan dan gagasan besar Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Insya Allah momentum ini bisa untuk kita resapi, agar kita bisa menjadi ujung tombak perjuangan partai," ungkap Teuku Riefky Harsya.

Sementara itu, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, menyebut kalau buku tersebut dibuat SBY karena mantan Presiden RI itu disebut tergelitik dengan fenomena akhir-akhir ini.

"Isu tentang cawe-cawe Jokowi dalam Pilpres 2024 nanti, bisa kita jadikan pelajaran. Apa batas-batas kekuasaan itu, sehingga tidak membuat kekuasaan itu menjadi ilegal," ulasnya.

Sebab menurut Andi Mallarangeng, pemimpin negara demokratis itu harus tahu batasannya.

Apa lagi dalam UUD 1945, ada pasal impeachment yang bisa memberhentikan presiden.

"Boleh saja Presiden Jokowi cawe-cawe dalam Pilpres. Boleh saja Presiden Jokowi menginginkan Pilpres 2024 hanya diikuti 2 pasang calon saja. Tetapi tidak boleh menggunakan sumber daya negara, instrumen negara, fasilitas negara untuk mendukung, memastikan misinya tercapai. Ini yang berbahaya," kata Andi.

"Buku ini mengajarkan kepada seluruh kader bagaimana cara mengelola kekuasaan itu sendiri. Jangan sampai kita melanggar batas-batasan itu dan membuat kita terjerumus," katanya.

Tanggapan PPP

Terpisah Ketua DPP PPP Achmad Baidowi merespons perihal presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merilis buku berjudul Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi.

Pria yang kerap disapa Awiek, mengatakan PPP menghargai karya intelektual Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut.

"Nah persoalan apakah isi bukunya itu istimewa, saya kira sama aja. Namanya karya pemikiran seseorang, termasuk Anda semua ini, yang berkarya itu sama statusnya," kata Awiek di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/8/2023).

Namun, dia menuturkan karya SBY itu diasumsikan publik sebagai tendensi politik lantaran ditulis menjelang Pemilu 2024.

"Cuman karena ini ditulis oleh seorang tokoh politik, isinya tentang politik, menghadapi tahun politik, maka ya kembali lagi, publik berasumsi bahwa ini ada tendensi politik," ujar Awiek.

Awiek menyebut sebuah karya ilmiah atau teori tak harus diikuti dan pesannya tergantung para pembaca.

"Nah sama, saya kira memposisikan buku Pak SBY seperti itu. Sebagai sebuah karya ilmiah, karya intelektual lah. Kalau ilmiah kan harus ada rujukan-rujukannya," katanya. (*)

 Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com  

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved