Warga Tasik Meninggal setelah Diduga Ditolak Puskesmas Sodonghilir, Saksi Ungkap Perlakuan Nakes
ia meminta kepada seluruh petugas Puskemas di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat untuk meningkatkan pelayanan.
TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tasikmalaya, Mohamad Zen, menanggapi kasus dugaan penolakan salah satu tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Sodonghilir terhadap Abdul Basir (45) pada Rabu (14/6/2023) lalu.
Diketahui, Abdul Basir merupakan warga Dusun Bojong, Kampung Cikalapa, Desa Sepatnunggal, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat yang meninggal dunia usai diduga mendapat penolakan tersebut.
"Saya tidak ingin mendengar lagi kejadian hal seperti itu (red: pasien tidak dilayani karena ruangan di Puskesmas penuh). Ini berlaku untuk semua Puskesmas ya," tegasnya pada Jumat (16/6/2023).
Tambahnya, ia meminta kepada seluruh petugas Puskemas di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat untuk meningkatkan pelayanan.
Bahkan, pihaknya mewajibkan supaya puskesmas menjemput bola jika mendapat informasi terkait masyarat yang mengalami sakit dan butuh pelayanan kesehatan.
"Saya minta masyarakat yang sakit tidak boleh terabaikan. Jangan ada alasan kamar penuh seperti yang terjadi di Kecamatan Sodonghilir," terang Zen.
Petugas puskesmas, lanjutnya, diimbau supaya tidak dengan mudahnya beralasan bahwa ruangan penuh dan berimbas terhadap pelayanan yang terabaikan, apalagi juka kondisinya darurat seperti yang terjadi di Puskemas Sodonghilir.
"Dilayani dulu pasiennya. Jangan sampai hal itu (red: kejadian di Kecamatan Sodonghilir) terjadi kembali dan urusan koordinasi pun harus lebih ditingkatkan antar-pimpinan," usul Zen.
Setiap Puskemas, tambah dia, juga harus bisa mengoptimalkan Puskemas Pembantu (Pustu), mengingat saat ini pihak pemerintah tengah melakukan pengoptimalan Pustu.
"Ratusan Pustu sudah kami rehab supaya pelayanan lebih meningkat," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, diduga tidak mendapat penanganan medis, seorang petani bernama Abdul Basir (45) warga Dusun Bojong, Kampung Cikalapa, Desa Sepatnunggal, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal dunia pada Rabu (14/6/23) malam kemarin.
Jajang Sanusi selaku Kepala Dusun (Kadus) Bojong mengungkap kronologi kematian Abdul Basir yang diduga tidak mendapat penanganan medis di Puskesmas Sodonghilir.
Diketahui, Jajang merupakan salah satu pihak yang ikut mengantar Abdul Basir ke Puskesmas Sodonghilir saat kondisinya masih kritis.
“Jadi korban dibawa ke Puskesmas dari sini (Kampung Cikalapa). Setelah sampai di Puskesmas, salah seorang tim medis (red: tenaga kesehatan atau nakes) bukannya menindak si pasien (Abdul Basir) tapi malah menolaknya,” ungkap Jajang kepada TribunPriangan.com saat ditemui di rumahnya pada Kamis (15/6/2023).
Tambahnya, penolakan tersebut beralasan karena ruangan di Puskesmas Sodonghilir saat itu sedang penuh, ditambah oknum nakes tersebut tengah melakukan penindakan terhadap seorang anak yang tengah mengalami kejang-kejang.
“Tapi saya tidak meminta untuk ditindak saat itu juga. Hanya saja saya minta, (supaya) sesudah menindak anak itu, dia menangani Abdul Basir, maksud saya begitu,” terang Jajang.
Sayangnya, ia melanjutkan, oknum nakes tersebut tidak menanggapi dirinya pada saat itu.
“Atau yang bener-bener, itu tim medis ada kebijakan. (Setidaknya) bicara sopan gitu, malah dia kasar bicaranya, keras gitu,” ungkap Jajang.
“Katanya gini, ‘saya ini masih menangani anak yang lagi kejang, udah, itu ‘kan ada mobil desa, udah pake aja mobil desa, bawa ke Puskesmas Taraju atau ke SMC (red: Rumah Sakit Umum Daerah Singaparna Medical Center),” lanjutnya.
Mendengar jawaban seperti itu, Jajang segera menekankan supaya nakes tersebut memeriksa Abdul Basir yang pada saat itu tengah darurat.
“Saya mau dilihat dulu, apakah si pasien ini bener-bener kritis apa bagaimana? Gitu. Kalau dia udah dilihat, ‘oh ini kritis’, udah bawa lagi pulang. Saya ‘kan tidak penasaran gitu, kalau tim medis sudah menjelaskan,” tuturnya.
Jajang menganggap bahwa oknum nakes tersebut menolak dan mengusir dirinya, karena mendapati jawaban kasar seperti itu.
“Kalau gini mah; ‘udah, saya mau menangani dulu anak yang kejang, entar kalau sudah menangani, saya akan menangani ini’. ‘Kan kalau gitu bahasanya enak ya? Baik ya? Tapi nggak gitu,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Abdul Basir segera dibawa ke Puskesmas Pembantu (Pustu) di Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Diketahui, jarak dari Puskesmas Sodonghilir menuju Pustu tersebut sekira 8 kilometer lebih.
Tak dinyana, Abdul Basir meninggal dunia di tengah perjalanan.
“Kalau di sana (di Pustu), penyambutannya baik, walaupun Abdul Basir sudah dalam keadaan meninggal dunia. Dia langsung ditangani, ‘oh ini sudah tidak ada’,” jelas Jajang meniru ucapan nakes di Pustu tersebut.
Ia pun menambahkan, bahwa Abdul Basir mengalami riwayat darah tinggi, sedang kejadian malam kemarin dipicu oleh kumatnya darah tinggi yang diidapnya.
“Pihak keluarga sudah berdamai dengan Puskesmas Sodonghilir, tapi, tetap, kami minta itu diproses pihak medis (red: oknum nakes) yang tidak menangani semalam itu, (juga) minta dipindahkan ke yang lain,” harap Jajang.
“Soalnya sudah banyak korban yang tidak ditangani (oleh oknum nakes tersebut), malah sama beberapa orang, seperti itu cara bicaranya (red: kasar),” lanjutnya.
Jajang mengatakan bahwa perlakuan oknum nakes tersebut bukan pertama kalinya seperti itu.
“Saya berharap tim medis (nakes) yang lainnya, saya minta, menangani (pasien) sesuai prosedur yang baik. Mudah-mudahan kejadian ini menjadi hikmah yang baik ke depannya,” pungkasnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Puskesmas Sodonghilir, Popon Herlina, mengatakan bahwa saat ini, pihaknya akan melakukan konsultasi dengan pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tasikmalaya.
“Besok (Jumat, 16/6/2023) saya akan konsultasi ke Dinkes Kabupaten Tasikmalaya untuk membahas sanksi terhadap oknum nakes ini,” terangnya kepada TribunPriangan.com pada Kamis (15/6/2023) petang.
Tambahnya, pihak Puskesmas tidak dapat menjatuhkan sanksi apapun, mengingat oknum nakes tersebut tidak diangkat oleh Puskesmas Sodonghilir.
“Yang bersangkutan merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diangkat melalui Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahun 2021 lalu. Makanya, kami konsultasi dulu dengan pihak Dinkes Kabupaten Tasikmalaya,” pungkasnya. (Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana)
Kasus Pembacokan di Pagerageung Tasikmalaya Ditutup, Biaya Perawatan Korban Capai Puluhan Juta |
![]() |
---|
Pelaku Pembacokan Satu Keluarga di Tasikmalaya Alami Gangguan Jiwa, Masih Belum Diamankan |
![]() |
---|
Pria di Tasikmalaya Serang Keluarganya Sendiri dengan Senjata Tajam, 5 Orang Luka Parah |
![]() |
---|
11 Tahun Mangkrak, Stadion Kaliki Tasikmalaya Akan Diusulkan untuk Dilanjutkan Pembangunannya |
![]() |
---|
Bukan Cuma Hindia, Dua Band Lain Juga Tak Tampil di Konser Ruang Bermusik 2025 di Kota Tasikmalaya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.