Ibadah Haji 2023
Kisah Luar Biasa Kuli Panggul asal Madura Bisa Naik Haji, Menabung Sejak Upahnya Rp 50
Ponah nama almarhum ayahnya di Sampang. Sedangkan Ahmad nama "bin" mendiang kakeknya di Pamekasan.
Ikan dari kapal dia angkut, pikul ke lapak pedagang. Upah hariannya antara Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu.
"Jadi kole masih seket (rupiah) Pak Suharto," ujarnya mengenang awal bayaran Rp 50 rupiah era kejayaan Orde Baru, 1980-an.
Untuk menambah pendapatan, pada malam harinya Sahlan menjadi tukang pijat panggilan tetangga dan warga kampung tetangga. Buruh di pasar kerap juga disebut kuli kasar. Saat Tribun menjajal pijatan Sahlan, terasa betul kekasaran kulit telapak jemarinya. "Saya merasa telapak Sahlan laiknya papan yang belum diketam."
Bihaki menyebut, kalau pakai minyak Madura, pijatan tangan Sahlan sekaligus jadi kerokan.
Bayaran juru pijat keliling juga sebelas-dua belas dari upah kuli keranjang ikan di pasar. Karena iri melihat tetangga dan kerabat pergi berhaji, di umur 30 tahun dia mulai buka tabungan haji pribadi. Di hari biasa, dia disiplinkan menabung Rp4000-Rp 5000 pendapatannya untuk setoran haji.
"Kalo Pasar Kemmisan dan Jumat sepoloh rebo (Rp10 ribu)," ujar suami tanpa anak itu.
Di kampung-kampung Pulau Madura, nama pasar menyesuaikan hari pasar. Tahun 2010, tabungan di rumah dipindahkan ke tabungan haji resmi di unit bank capem kecamatan.
Tabungan hariannya lanjut. Tepat, 12 tahun, 2022, nama dan nomor porsinya masuk jatah pelunasan.
"Alhamdulillah, sekkone settong jede bannya' (syukur satu sedikit, jadi banyak)."
Jika dihitung, total tabungan haji Sahlan memang cukup untuk biaya haji reguler, dan bahkan bisa membiayai acara slemetan potong 1 ekor sapi sepekan sebelum masuk Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Mei 2023 lalu. Satu ekor sapi Madura, dihargai Rp 20 juta.
Di Madura, ada tradisi "slemetan" sebelum dan sepulang naik haji. Tradisi tua itu sekaligus mengabarkan dan meminta restu keluarga, kerabat, dan tetangga sekampung. Tradisi inilah mengkonfirmasikan kenapa di Madura Lebaran Iduladha selalu lebih ramai dari Lebaran Idulfitri.
Dzulqaidah jadi momen melepas dan mengantar keluarga berhaji. Sedangkan Dzulhijjah, bulan ke-12 tahun Hijriyah, jadi momen menunggu kepulangan jamaah haji.
Di pulau timur Jawa itu, acara ini dikenal dengan nama "Toron ajji" (turun haji atau datang dari Tanah Suci). Karena itu, ketika "toron ajji", maka para towan disambut bak orang penting. Prosesi ini disebut "ngamba ajjiyan" (menunggu haji). Prosesi ini adalah kelanjutan dari "ngater ajjiyan" (mengantar haji) yang dilakukan sebelumnya.
Dalam dua prosesi tradisional itu, orang-orang Madura terutama dari desa berbondong-bondong untuk mengiringi pergi dan kembalinya para haji. Setiap haji disambut ratusan penjemput dalam konvoi meriah lengkap dengan nyanyian salawat plus tetabuhan hadrah di atas mobil terbuka.(TRIBUNNETWORK/Thamzil Thahir)
493 Orang Jemaah Haji Kloter 63 dan 64 Tiba di Cianjur, 2 Orang Meninggal Dunia |
![]() |
---|
Pelayanan Haji Lansia Tahun Ini Jadi Catatan, Banyak Petugas yang Tulus, Rela Gendong Jemaah Haji |
![]() |
---|
Daftar Nama Jemaah Haji asal Tasikmalaya yang Wafat di Arab Saudi, Terbaru Warga Desa Banjarsari |
![]() |
---|
10 Hari Lagi, Jemaah Haji Asal Kabupaten Tasikmalaya Pulang ke Tanah Air, 9 Jemaah Haji Wafat |
![]() |
---|
Sudah 4 Orang Jemaah Haji asal Ciamis Meninggal Dunia di Tanah Suci, Ini Daftar Namanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.