Kenaikan Harga Telur Ayam di Cimahi Dipicu Berbagai Faktor, di Antaranya Transportasi & Pakan Mahal
Kenaikan harga telur ayam yang terjadi di pasar tradisional Kota Cimahi sejak dua bulan terakhir dipicu karena berbagai faktor.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Januar Pribadi Hamel
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Kenaikan harga telur ayam yang terjadi di pasar tradisional Kota Cimahi sejak dua bulan terakhir dipicu karena berbagai faktor dan saat ini pemerintah masih terus berupaya untuk menstabilkan harga.
Seperti diketahui, harga telur ayam tersebut saat ini sudah menyentuh Rp 32 ribu per kilogram dari awalnya Rp 27 ribu per kilogram, sehingga kondisi ini dikeluhkan para pedagang karena menyebabkan sepi pembeli.
Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perdagangan Koperasi UKM dan Perindustrian (Disdagkoperin) Kota Cimahi, Sri Wahyuni mengatakan, kenaikan harga telur tersebut dipicu karena ongkos angkut dan harga pakan mahal.
Baca juga: Harga Daging Ayam dan Telur di Cimahi Naik Signifikan, Tim Satgas Pangan Polres Akan Datangi Agen
"Selain ongkos angkut dan pakan (mahal) juga faktor ayam afkir, jadi belum banyak para peternak yang mengganti, sehingga populasinya berkurang," ujarnya saat ditemui di Pasar Atas Cimahi, Rabu (24/5/2023).
Terkait kenaikan harga telur ini pihaknya akan bergerak untuk menstabilkan harga dengan cara mendatangi ke setiap distributor agar harganya bisa kembali normal.
"Langkah-langkahnya, mungkin kita akan melakukan pengecekan ke distributor atau ke agen, barang kali bisa menyikapi agar harganya tidak naik terlalu tinggi," kata Sri.
Sementara pasokan dan stok telur, pihaknya memastikan hingga saat ini tidak ada masalah, sehingga kebutuhan telur untuk masyarakat Kota Cimahi tetap terpenuhi.
"Untuk pasokan masih aman dan pasokan juga cukup, cuma harganya saja (mahal). Jadi, solusinya mungkin pemerintah bisa mensubsidi ongkos angkut seperti beras dulu oleh Bank Indonesia (BI), mungkin telur juga bisa," ucapnya.
Pedagang telur ayam di Pasar Atas, Cipta Siregar (38) mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan naiknya harga telur ayam tersebut yakni ayam-ayam yang sudah afkir dan populasinya menurun drastis.
"Jadi populasi ayamnya berkurang, permintaan tidak terpenuh jadi harga naik. Karena produksi telurnya juga kan menurun," kata Cipta.
Beruntung untuk saat ini, kata dia, belum banyak penyaluran bantuan sosial (bansos) yang menggunakan telur ayam sebagai komoditasnya karena jika bansos sudah disalurkan, harga telur bakal kembali mengalami kenaikan.
"Pasti, kalau bansos sudah ada (disalurkan) harga telur pasti naik lagi, apalagi populasi ayamnya sedikit," ujarnya. (*)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.
30 Lokasi Nobar Persib Bandung Lawan Persita Tangerang di Bandung hingga Cimahi, Tinggal Merapat |
![]() |
---|
Catatan PC NU Untuk HUT Kota Bandung, Singgung Pelibatan Ilmuwan Hingga Sosok Ateng Wahyudi |
![]() |
---|
Permintaan Tinggi Dorong Harga Telur di Kota Bandung Tembus Rp30.000 per Kg |
![]() |
---|
Jadi Penerima Manfaat Terbesar MBG, Mendikdasmen Dorong Evaluasi Usai Siswa Alami Keracunan Massal |
![]() |
---|
Kakanwil HAM Jabar : Guru Sebagai Profesi Panggilan Nurani |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.