Pangandaran Kekurangan Sekolah Luar Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus Terpaksa Belajar di SMP Umum

TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Kurangnya Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Pangandaran membuat anak berkebutuhan khusus (ABK) harus bersekolah di sekolah biasa.

Bukan hanya SD, pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMP di lingkup pendidikan Kabupaten Pangandaran pun harus menerima calon peserta didik ABK.

Kasi SMP di Disdikpora Kabupaten Pangandaran, Supri, mengatakan, selain SD, SMP di Kabupaten Pangandaran juga menerima calon peserta didik ABK.

"Cuma, AKB-nya tidak mengalami gangguan secara mental. Jadi, disabilitasnya hanya seperti di fisik saja," ujar Supri dihubungi Tribunjabar.id, Selasa (23/5/2023) siang.

Menurutnya, kalau disabilitas seperti tunagrahita, tunanetra, dan tunarungu wicara itu tidak bisa.

"Memang, kami terima anak yang disabilitas tapi disabilitasnya yang secara mental mereka tidak kekurangan," katanya.

Jadi, lanjut Supri, secara umum sekolah negeri itu wajib sekolah inklusif artinya menerima calon peserta didik ABK. "Ini, berlaku di Kabupaten Kota lain karena sudah diatur di Permendikbud," ucap Supri.

Sekretaris umum Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kabupaten Pangandaran, Wahyu Hidayah, mengatakan, memang untuk ABK tunagrahita, tunanetra dam tunarunguwicara harus disekolahkan di SLB.

"Karena, harus ada penanganan khusus oleh guru ahli yang memahami anak tersebut," ujarnya. 

SLB di Kabupaten Pangandaran saat ini hanya ada enam SLB  dan Ia berharap ke depannya bisa memperbanyak SLB. "Minimal, di setiap Kecamatan ada 1 SLB," kata Wahyu. (*)