Ini Manfaat Telur yang Mudah Didapat dan Diolah untuk Cegah Stunting

Satu di antara langkah untuk menangani kasus stunting pada anak maupun balita adalah dengan cara mengonsumsi telur.

Penulis: Nappisah | Editor: Giri
Tribun Jabar/Deni Denaswara
Pemimpin Redaksi Tribun Jabar, Adi Sasono (kiri), saat memandu Talkshow Chairity Run and Walk 2023 bertajuk Semesta Mencegah Stunting di Gedung Sate, Bandung, Minggu (14/5/2023). 

Laporan Wartawan TribunJabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Satu di antara langkah untuk menangani kasus stunting pada anak maupun balita adalah dengan cara mengonsumsi telur.

Dokter sekaligus influencer Nabilla Martasujana mengatakan, telur merupakan satu di antara bahan makanan protein hewani yang mudah didapat serta diolah. 

"Semua kalangan bisa beli. Manfaat telur di antaranya mengandung DHA untuk ketajaman penglihatan. Terdapat kolin untuk perkembangan otak," ujar Nabilla saat ditemui sesusai acara Gelar Chairity Run and Walk 2023 yang digelar BKKBN Jabar dan Tribun Jabar di Gedung Sate, Bandung, Minggu (14/5/2023). 

Katanya, telur juga memiliki kandungan asam amino lengkap untuk menstimulasi hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh. 

"Kalau menurut dokter Tan, seorang ahli gizi, telur itu murah tetapi gizinya tidak murahan dan bisa dijangkau oleh semua kalangan. Bila ayam atau ikan mungkin lebih mahal," ujarnya. 

Untuk memerangi stunting, BKKBN terus menyosialisasikan #cukupduatelur kepada masyarakat.

Nabilla menuturkan, dampak stunting pada anak bisa mengakibatkan pertumbuhan otak terhambat yang berujung kurangnya kecerdasan.

"Nanti anak akan sulit mengikuti pelajaran di sekolah, perawakannya pendek dibandingkan dengan anak seusianya, dan anak menjadi lebih mudah terkena penyakit," ujarnya. 

Tak hanya itu, stunting dapat menurunkan produktivitas yang mampu berpengaruh pada pekerjaannya di kemudian hari.

Bahkan, bisa meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, obese, dan kencing manis.

Anak terkena stunting dapat dilihat berdasarkan panjang badan menurut usia atau tinggi badan menurut usia di bawah -2 SD pada kurva pertumbuhan WHO yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi yang berkepanjangan.

"Di mana kekurangan nutrisi yang berkepanjangan ini bisa disebabkan oleh asupan gizi yang kurang, pengetahuan minim pada orang tua, kebutuhan nutrisi yang meningkat karena infeksi berulang seperti TBC, infeksi saluran kemih, infeksi paru," ucapnya.

Anak yang memiliki berat dan tinggi badan tidak sesuai dengan anak seusianya, lalu diplot pada kurva pertumbuhan, bisa menggunakan aplikasi Primaku, setelah itu dievaluasi oleh tenaga kesehatan untuk mengetahui apakah ada risiko menuju stunting atau tidak.

Bagaimana mencegah stunting

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved