Inilah Sejarah atau Asal Usul Halal Bihalal, Tradisi Khas Indonesia Saat Hari Raya Idul Fitri
Inilah sejarah dari tradisi Halal Bihalal. Hari Raya Idul Fitri selalu identik dengan tradisi Halal Bihalal.
Penulis: Salma Dinda Regina | Editor: Salma Dinda Regina
TRIBUNJABAR.ID - Inilah sejarah dari tradisi Halal Bihalal. Hari Raya Idul Fitri selalu identik dengan tradisi Halal Bihalal.
Halal Bihalal biasa diselenggarakan setiap tahun mulai dari lingkup keluarga besar, teman, atau tempat kerja.
Momen sekali dalam setahun tersebut, menjadikan halalbihalal sebagai ajang reuni atau temu kangen dengan kerabat atau teman lama.
Baca juga: Contoh Sambutan Singkat & Bermakna untuk Acara Halal Bihalal Lebaran 2023, Cocok Untuk Ketua Panitia
Lantas, bagaimanakah sejarah Halal Bihalal tersebut?
Sarana Mencegah Perpecahan
Situasi politik dalam negeri pada 1948 kala itu begitu panas.
Pasalnya, para elite berseteru akibat perbedaan aliran politik pada era kabinet parlementer serta munculnya pemberontakan.
Di saat bersamaan, Belanda juga sedang bernafsu untuk menjajah kembali Indonesia, sehingga membuat Presiden Soekarno khawatir akan adanya disintergarsi bangsa.
Kondisi ini membuat Bung Karno memutar otak agar bisa menciptakan rekonsiliasi dan mencegah perpecahan.
Penamaan Halalbihalal
Dilansir Kompas.com, salah satu upaya yang dilakukan oleh Bung Karno adalah mengundang para elite politik untuk bertemu di Istana Kepresidenan yang saat itu bertempat di Gedung Agung, Yogyakarta.
Sayangnya, usaha ini gagal. Tak satu pun tokoh memenuhi undangan Bung Karno.
Ia pun kemudian mengundang Rais Am Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Wahab Hasbullah untuk berembuk mengenai situasi politik di Indonesia.
Kepada Bung Karno, KH Wahab mengusulkan adanya acara silaturahmi nasional untuk mempertemukan para elite bangsa. Kebetulan, saat itu mendakati Idul Fitri.
Bung Karno tak langsung menerima usulan itu, karena menganggap diksi silaturahmi terlalu umum.
KH Wahab kemudian mengusulkan nama "halalbihalal" untuk pertemuan para elite bangsa itu.
Menurut KH Wahab, keengganan para elite politik untuk bersatu karena mereka masih saling menyalahkan satu sama lain.
Padahal, saling menyalahkan merupakan perbuatan dosa yang haram dilakukan.
Karenanya, untuk menghapus dosa yang tergolong haram, KH Wahab menyebutkan perlu dihalalkan dengan cara duduk bersama dan saling memaafkan atau menghalalkan.
Tradisi Halalbihalal
Usulan penggunaan istilah "halalbihalal" itu pun langsung disetujui oleh Bung Karno.
Hasilnya, para elite bangsa berkumpul dan duduk satu meja dalam bingkai halalbihalal ketika Lebaran 1948.
Meskipun halalbihalal terus berlangsung pada setiap perayaan Idul Fitri, situasi politik dalam negeri saat itu tetap memanas hingga Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan dimulainya Demokrasi Terpimpin.
Saat tinggal di Istana Merdeka, Jakarta, Presiden Soekarno membuat tradisi halalbihalal setiap perayaan Idul Fitri.
Tradisi ini pun terus berlanjut hingga saat ini. Tidak hanya untuk elite politik, halalbihalal kini digelar oleh seluruh lapisan masyarakat.
Baca artikel Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.
| 30 Contoh Soal Cerdas Cermat tentang Hari Pahlawan Beserta Kunci Jawabannya |
|
|---|
| Borussia Monchengladbach Menang Perdana, Kevin Dik Ukir Sejarah di Liga Jerman |
|
|---|
| Sejarah Hari Santri Nasional Diperingati Setiap 22 Oktober, Dicetuskan dari Fatwa Resolusi Jihad |
|
|---|
| Aula Barat dan Aula Timur ITB Diusulkan Jadi Cagar Budaya Nasional, Punya Nilai Sejarah Besar |
|
|---|
| Emas Antam Sudah Lebih dari Rp 2,3 Juta/Gram, Tertinggi Sepanjang Sejarah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Ilustrasi-Halal-Bihalal-keluarga-Terdapat-contoh-teks-MC-Halal-Bihalal-keluarga-dalam-Bahasa-Sunda.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.