Viral di Media Sosial

Viral Kisah Anak Penjual Sayur Ditolak 2 PTN Tapi Diterima di 3 Universitas Luar Negeri,Ini Sosoknya

Sosok Chaswanah Aini baru-baru ini tengah menjadi perbincangan hangat. Ia ramai menjadi perbincangan karena prestasi yang diraihnya.

|
Via Kompas.com
Sosok Chaswanah Aini baru-baru ini tengah menjadi perbincangan hangat. Ia ramai menjadi perbincangan karena prestasi yang diraihnya. 

TRIBUNJABAR.ID - Inilah kisah Chaswanah Aini anak penjual sayur yang menghebohkan publik.

Sosok Chaswanah Aini baru-baru ini tengah menjadi perbincangan hangat.

Ia ramai menjadi perbincangan karena prestasi yang diraihnya.

Baca juga: Viral Pemuda Asal Lebak Ini Jadi Imam di Masjid Dubai Uni Emirat Arab, Begini Kisah dan Sosoknya

Sebagai informasi, Chaswanah Aini adalah siswa asal Desa Kedungrejo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Meski memiliki keterbatasan, Chaswanah Aini dinyatakan menjadi kandidat mahasiswa perguruan tinggi luar negeri, yakni University of Toronto Canada, McMaster University Canada, dan Monash University Australia.

Kini, Chaswanah Aini tengah menungu pengumuman beasiswa program Indonesia Maju untuk pembiayaan pendidikannya.

Latar belakang tentu tak menjadi penghalang untuk Chaswanah Aini untuk gigih dalam belajar.

Diketahui, ia tergolong berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Puji Rahayu Riningsih, ibu Chaswanah diketahui bekerja sebagai penjual sayur keliling.

Sementara itu, sang ayah, Muhammad Jazuli meninggal dunia sejak dirinya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Puji pun mengatakan pada sang anak jika ingin melanjutkan ke perguruan tinggi hendak mencari beasiswa.

Hal itu diakuinya karena tidak mampu untuk membiayai.

"Jadi kalau dari biaya, kami ya terbatas. Saya bilang ke anak saya: Kalau mau lanjut kuliah cari beasiswa ya, Nak. Karena saya tidak akan mampu," kata Puji dikutip dari Kompas.com, Senin (10/4/2023).

Ia mengaku bisa mendoakan untuk keberhasilan anak keduanya.

Meski begitu, ia tidak pernah menyangka anaknya dapat benar-benar diterima di perguruan tinggi luar negeri.

"Saya cuma memanjatkan doa, ketika ada salah satu pelanggan sayur saya bilang kalau anaknya kuliah di luar negeri, saya bilang 'Semoga menular ke anak saya. Mungkin doa itulah yang terkabul'," jelasnya.

Perempuan 48 tahun itu mengaku sangat bersyukur atas raihan sang anak.

Ia akan selalu mendukung cita-cita anaknya tersebut.

"Saya ikhlas meskipun saya ditinggal di rumah. Yang penting anak saya bisa sekolah setinggi-tingginya sesuai yang ia inginkan," jelasnya.

Adapun, Chaswanah Aini mengatakan di 3 perguruan tinggi itu, pihaknya mengambil konsentrasi ekonomi dan bisnis.

Hal itu ia sesuaikan dengan minat yang ditekuni sejak di SMP.

"Hanya University of Toronto Canada saya mengambil konsentrasi Social Sciences and Humanities," ungkap Wana.
Namun, yang lebih penting baginya adalah pembiayaan ketika menempuh di perguruan tinggi tersebut.

Wana berharap terpilih dalam beasiswa Program Indonesia Maju yang ia ikuti saat ini.

"Semua persyaratan sudah lengkap. Tes juga sudah saya ikuti. Tinggal menunggu pengumuman saja," jelasnya.
Sebab, jika tidak mendapatkan beasiswa, ia mengaku tidak akan mampu menempuh pendidikan di perguruan tinggi, apalagi perguruan tinggi luar negeri.

Ditolak di 2 PTN dalam negeri

Sebagai informasi,Chawanah Aini sebelumnya sempat mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi di Indonesia, yaitu Universitas Brawijaya dan Institut Teknologi Bogor (ITB), jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Akan tetapi, Chaswanah dinyatakan tidak lolos.

"Tapi wajar saya tidak lolos dari kedua perguruan tinggi itu. Karena memang pasti banyak pesaingnya untuk tujuan jurusan ekonomi," tuturnya.

Ia masih cukup lega meskipun tidak lolos di kedua perguruan tinggi itu, karena sudah dinyatakan lulus di tiga perguruan tinggi luar negeri itu.

"Jadi sebelum mengikuti seleksi di Universitas Brawijaya dan ITB itu saya sudah dinyatakan lolos di perguruan tinggi luar negeri. Karena seleksinya sudah lama. Yakni tahun lalu, ketika saya masih duduk di bangku kelas 11," jelasnya.

Diketahui, selama menempuh pendidikan di SMA 3 Malang itu pun mendapatkan beasiswa.

Ia mendapatkan dari jalur mitra warga, program pembiayaan pendidikan bagi siswa kurang mampu namun pandai,

"Dulu ketika mau masuk ke sekolah itu, saya juga diseleksi dan disurvei ke rumah dan sekolah SMP saya," ujarnya.

Wana memang dikenal siswa yang pandai. Di sekolahnya, SMA Negeri 3 Malang, Wana juga masuk di kelas Olimpiade dan pernah menjadi finalis pada lomba Catch The Flag (CTF) yang diadakan oleh Universitas Brawijaya Malang.

"Saat duduk di bangku SMP, saya juga sering ikut olimpiade, dan pernah mewakili olimpiade di tingkat Jawa Timur. Namun tidak lolos sampai ke tingkat nasional," tuturnya.

Baca artikel Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved