Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buah Batu, Bermula Dari Pentolan Geng Motor yang Memilih Hijrah

Keberadaan Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buah Batu (BJTB) berawal dari seorang pentolan geng motor yang memilih hijrah

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Siti Fatimah
Nazmi Abdurahman
Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buah Batu (BJTB) 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Puluhan tahun bergelut dengan dunia geng motor membuat hidup Saepul Rohmat (44) hancur. Kematian anak sulungnya bernama Falaz akibat sakit pun akhirnya menjadi titik balik hidupnya. Kini, eks pentolan salah satu geng motor di Bandung ini hijrah, fokus membesarkan Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buah Batu (BJTB).

Lantunan suara adzan ashar terdengar sayup-sayup dari kejauhan.

Suara panggilan untuk umat muslim melaksanakan salat itu, semakin jelas terdengar begitu mendekati lorong di bawah jembatan tol Buah Batu, Kota Bandung.

Baca juga: Warga Tasikmalaya Wajib Tahu, Ada Pasar Malam di Masjid Agung Singaparna, Buka sampai Lebaran

Sejumlah driver ojek online (ojol) terlihat memarkirkan kendaraan, nampak warga sekitar pun mulai berdatangan, ada yang mengenakan, sarung, baju koko lengkap dengan songkok berkumpul untuk melaksanakan salat ashar.

Ruangan tersebut merupakan Masjid yang dibangun dengan sangat sederhana, dindingnya dibangun dari batako dan beratapkan jembatan tol. 

Masjid itu, didirikan oleh Saepul Rahmat bersama rekan-rekannya dan dinamai Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buah Batu (BJTB).

"Masjid ini pas berdiri satu tahun. Waktu itu didirikannya ramadan tahun kemarin," ujar Saepul, Sabtu (1/4/2023).

Banyak yang belum tahu jika kolong jembatan Buah Batu, tepatnya di perbatasan Kota Bandung-Kabupaten Bandung, kini terdapat sebuah masjid. Padahal dulunya, lokasi tersebut sangat kumuh dan rawan terjadi tindakan kriminal. 

Baca juga: Cara Dapatkan Tiket Masuk Galeri Rasulullah SAW di Masjid Al Jabbar Bandung yang Sudah Diresmikan

Satu tahun lalu, Saepul mulai menginisiasi lokasi tersebut agar dijadikan masjid.

Ia pun meminta izin ke sejumlah pihak untuk mengubah kolong jembatan itu menjadi sarana ibadah.

Dana yang dipakai untuk pembangunan Masjid BJTB ini, Ia kumpulkan dari para donatur yang dikenalnya. 

"Dulu di sini masih kumuh dan bau. Pelan-pelan kami mau membangun perlahan. Kami tidak mau ada nahi munkar di sini," katanya.

Secara bertahap, Saepul bersama rekannya terus membangun Masjid tersebut hingga seperti saat ini. 

"Awal pertama cuman di plur saja, orang belum tahu ini mesjid atau apa, saya ajak donatur, Alhamdulilah dimudahkan, berjalan terus sampai pakai bata (dibangun) bersama jamaah, sama ojol, sama yang salat di sini," ucapnya.

Baca juga: Sejarah Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, Jadi Saksi Penyebaran Islam di Tatar Sunda

Saat ini, Masjid tersebut sudah mampu menampung sekitar 50 jemaah lebih dan menjadi sarana ibadah bagi masyarakat yang melintas ke daerah tersebut.

Bantuan dari donatur pun bertambah mulai bantuan uang hingga material yang datang untuk membangun masjid.

"Ada yang ngasih Rp 5 ribu, Rp 10 ribu sampai paling besar Rp 5 juta. Saya setahun di sini, dari mulai nol sampai sekarang," ucapnya.

Selain menjadi sarana ibadah, Masjid BJTB ini pun memiliki program ATM beras.

Nantinya, setiap masyarakat kurang mampu dan melaksanakan salat di masjid tersebut, akan diberikan beras. 

"Dananya didapatnya dengan cara mengajak orang-orang secara swadaya untuk urunan, kadang ada juga dari jemaah yang salat di sini," ucapnya. 

Baca juga: Mau Kunjungi Galeri Rasulullah SAW Masjid Raya Al Jabbar? Ini Jadwal Operasionalnya, Tak Setiap Hari

Menurutnya, menjadi DKM Masjid BJTB hidupnya jauh lebih tenang, ketimbang saat masih menjadi anggota geng motor.

Saepul sendiri mengaku sudah turun ke jalan sejak 1996 dan berhenti dari dunia tersebut sekitar 2018. 

"Saya kebetulan, belajar hijrah (karena) keluarga berantakan, anak meninggal, kalau saya ngaca sehebat apapun di motor tidak ada yang bisa nolongin, akhirnya saya cari (aktivitas lain ke arah positif)," katanya.

Selain menjadi tempat ibadah, Masjid tersebut kini menjadi tempat istirahat orang-orang yang bepergian dan driver ojek online. 

"Masjid ini punya seribu cerita, puluhan musafir tidur di sini bahkan ada yang berbulan-bulan. Ada yang punya masalah dan solusinya didapatkan di masjid ini," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved