Melihat Proses Pembuatan Kerupuk Kulit Sapi di Sukadana Tasikmalaya, Terkenal Sejak 30 Tahun Lalu

Kampung Ambarayah di Desa Sukadana ini telah menjadi sentra kerupuk kulit sejak 30 tahun yang lalu.

Editor: Ravianto
Aldi M. Perdana/Tribun Jabar
Kerupuk kulit khas Kampung Ambarayah (sentra kerupuk kulit), Desa Sukadana, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 

TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Sejak 2019, Mamat Ruhimat memulai usaha kerupuk kulit di rumahnya, tepatnya di Kampung Ambarayah, Desa Sukadana, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Upayanya tersebut akibat dorongan dari lingkungan tempat tinggalnya, mengingat Desa Sukadana, khususnya Kampung Ambarayah, dikenal sebagai Sentra kerupuk kulit selama 30 tahun ke belakang.

“Awalnya iseng-iseng, (bahannya) beli dari Bekasi yang sudah siap goreng. Dicoba di sini digoreng, terus pas dijual, ya lumayanlah, ada lebihnya gitu,” terang Mamat kepada TribunPriangan.com pada Rabu (29/3/2023).

Lanjutnya, saat ini ia sudah tidak lagi membeli bahan yang siap goreng, melainkan langsung membeli kulit sapi ke tukang jagal.

“Kalau sekarang, sudah melakukan proses produksinya dari kulit sapi yang langsung diambil dari tukang jagal,” jelas Mamat.

Oleh sebab itu, sambungnya, di tempat produksi kerupuk kulit miliknya, terdapat meja besar untuk membersihkan kulit sapi tersebut.

“Setelah dibersihkan (dari bulu), ada proses di mana kulit sapi itu dimasukan ke dalam tungku (red: direndam air panas) selama kurang lebih lima menit lah,” tutur Mamat.

Setelah direndam selama lima menit, kulit sapi tersebut kembali dibersihkan untuk kedua kalinya.

Barulah kulit sapi memasuki tahap pematangan, “Pematangan ini prosesnya dimasukkan lagi ke tungku selama 30 menit,” lengkap Mamat.

Setelah kulit sapi dinilai cukup matang, sambungnya, barulah memasuki tahap pemotongan, mengingat kulit sapi tersebut masih berbentuk lembaran yang cukup lebar.

“Setelah masuk tahap pemotongan sampai ukurannya sesuai untuk digoreng menjadi kerupuk, kulit-kulit yang sudah dipotong ini dijemur selama 6 sampai 7 jam. Paling biasanya dari pukul 08.00 WIB pagi sampai 14.00 WIB,” tutur Mamat.

Usai tahapan-tahapan tersebut selesai, barulah kulit sapi tersebut dapat digoreng menjadi kerupuk kulit yang siap dikonsumsi.

“Proses panjang seperti itu tadi, adalah supaya kerupuk kulit ini nantinya renyah saat dikonsumsi,” jelasnya.

Terkait distribusi yang dilakukan Mamat, dirinya telah mengirimkan kerupuk kulit produksiannya tersebut hampir ke seluruh kota di pulau Jawa.

“Dalam satu hari, kemungkinan kami memproduksi kerupuk kulit itu sekitar 1,5 kwintal (red: 150 kilogram). Tapi, di bulan puasa seperti ini, bisa produksi sampai 5 kwintal per hari,” ungkap Mamat.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved