Mengintip Proses Pembuatan Kolan-kaling di Majalengka, Jadi Primadona selama Bulan Puasa

Berasal dari biji buah aren, namun siapa sangka proses pengolahannya tak semudah mengunyahnya, agak rumit dan memakan waktu.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Cirebon/ Eki Yulianto
Salah satu pekerja yang sedang mengupas buah aren dari batangnya di lapak dagangan kolang-kaling di Desa Girimulya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka 

Setelah itu, dipipihkan untuk mendapatkan tekstur kenyal.

Sebelum dijual ke pengepul, kolang kaling harus kembali direndam selama tiga hari.

“Memang kami masih menjaga tradisi dengan mengolahnya sederhana atau manual," ujar Abdul Rohman (83), salah satu perajin kolang-kaling di Desa Girimulya, Kamis (23/3/2023).

Sementara itu, Abdul biasanya menjual kolang-kaling seharga Rp 9 ribu per kilogram (kg) pada hari biasa.

Namun, pada bulan Ramadan menjadi Rp 12.000 hingga Rp 15 ribu per kilogram bergantung ukuran.

“Bergantung permintaan, kalau ramadan permintaan naik otomatis perlu tenaga pekerja untuk membayar mereka kita naikkan harga jualnya," ucapnya.

Dalam sehari atau sudah satu minggu terakhir ini, Abdul bersama 2 anggota keluarganya bisa memproduksi 2 ton kolang-kaling.

Jumlah itu disesuaikan dengan permintaan yang meningkat di waktu menjelang bulan puasa hingga awal Ramadan ini.

"Sehari bisa produksi 2 ton, karena banyak pesanan, kalau hari biasa mah paling kuintal-an," jelas dia.

Abdul menjelaskan, bahwa penjualan kolang kaling tersebut bisa tembus sampai ke luar kota, di antaranya Bekasi, Cirebon juga Kuningan.

"Selain dijual di sini, ada juga yang dikirim. Banyak yang datang langsung untuk membeli kolang kaling ini," katanya.

Lebih jauh pria paruh baya itu menyampaikan, bahwa bahan baku buah aren didapat dari sejumlah wilayah, antara lain Ciamis, Tasik maupun Pangandaran.

Buah aren itu kemudian dikupas dan diolah menjadi kolang-kaling yang siap dijadikan pelengkap takjil buka puasa.

Dalam proses pengupasan kulit buah, Abdul biasa dibantu oleh anggota keluarganya maupun dari masyarakat sekitar.

"Sama keluarga aja kalau pesanan lagi meningkat seperti ini, seperti layaknya kerja, mereka diberi upah seribu per kilo untuk mengupas buahnya," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved