Guru Besar Farmasi Unpad Sebut Kandungan Ganja Sintetis Bisa Mematikan Pemakai, Ada Unsur Halusinasi

Guru Besar Bidang Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal Fakultas Farmasi Unpad, menyebut kimia yang terkandung dalam ganja sintetis dapat membuat mati

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Darajat Arianto
Tribun Jabar/ Arief Permad
Ilustrasi Tembakau Sintetis - Prof. apt. Muchtaridi, Ph.D. Guru Besar Bidang Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, menyebut kimia yang terkandung dalam ganja sintetis dapat membuat penggunanya meninggal dunia. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Prof. apt. Muchtaridi, Ph.D. Guru Besar Bidang Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, menyebut kimia yang terkandung dalam ganja sintetis dapat membuat penggunanya meninggal dunia.

Prof. Muchtaridi mengatakan, dari segi kimia ganja sintetis mengandung AB-CHMINACA yang termasuk dalam synthetic cannabinoid (SC) atau kanabis sintetis.

Jenis kimia ini terkenal di dunia medis sebagai pencipta halusinasi, kecanduan, hingga kematian.

"Efek yang luar biasa itu adalah jelas denyut jantung akan lebih cepat, kemungkinan bisa sampai mati, kasus di Amerika kan banyak kematian, karena dia langsung kena jantung," ujar Prof. Muchtaridi, saat dihubungi Tribun Jabar, melalui sambungan telepon, Jumat (17/3/2023).

Menurutnya, penyalahgunaan zat ini pertama kali terjadi di Amerika pada 2015, saat itu istilahnya dikenal dengan tembakau gorila yang tembakaunya disemprot dengan senyawa AB-CHMINACA.

"Ada yang namanya tembakau synthetic, turunannya lebih parah lagi karena campurannya. Jadi, senyawa AB-CHMINACA ini turunan senyawa alami dari Cannabis yang isinya Tetrahydrocannabinol (THC) dan AB-CHMINACA ini juga turunnya banyak sebenarnya," ucapnya. 

Secara farmakologi, kata dia, hasil penelitian pada 2015 bahwa senyawa Cannabis ini lebih kuat mengikat reseptor kanabinoid 1 karena dapat memodulasi suasana hati membantu mengatur sekresi hormon untuk mempengaruhi nafsu makan dan energi yang lebih kuat lagi.

"Ketawa-ketawa, menyimpan memori lebih kuat, memory yang dulu ingat lagi, kemudian nafsu makannya gila, lebih luar biasa efeknya. Kemudian menjadi rileks, euphoria, penglihatannya kabur, ini kalau anak-anak naik kendaraan berbahaya, bisa nyetir serasa bangun padahal tidur," katanya. 

Senyawa ini, kata dia, menyerang semua organ tubuh seperti jantung, ginjal dan lebih cepat masuk ke sel darah otak, karena sifatnya non polar. Sehingga, efek yang dihasilkan pun lebih luar biasa ketimbang ganja. 

"Berbeda dengan tetrahydrocannabinol (THC) yang hanya fokus menyerang otak, kalau ini tidak," ucapnya

Dampak berbahaya lainnya, kata dia, penggunanya dapat berperilaku kasar hingga berbuat kriminal, karena emosi tidak terkontrol, tidak ada rasa takut atau bersalah. 

"Karena dia sudah berhalusinasi menjadi orang kuat, makanya ini bahaya. Makanya Ini termasuk kategori narkotika golongan satu," katanya. 

Apabila baru pertama menggunakan, kata dia, dapat dilakukan detox untuk menghilangkan racun dalam tubuhnya, namun pada tingkatan tertentu atau sudah berulang kali menggunakan, maka dapat menyebabkan sakau dan harus menjalani rehabilitasi. 

"Kalau satu kali bisa detox, kalau sudah dua, tiga kali itu akan terjadi sakau luar biasa," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved