Badan Riset dan Inovasi Nasional Minta Dosen Lakukan Riset yang Aplikatif dan Berorientasi Bisnis

Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Marsudi Wahyu Kisworo, menyebut perguruan tinggi harus menghasilkan penelitian yang bermanfaat

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/MUHAMAD SYARIF ABDUSSALAM
Acara pencerahan “Sinergi Program BRIN dengan Kegiatan MBKM Kampus Masa Depan” di Universitas Pasundan, Kota Bandung, Jumat (13/1/2023). 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Marsudi Wahyu Kisworo, menyebut, perguruan tinggi harus menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Dalam kegiatan pencerahan “Sinergi Program BRIN dengan Kegiatan MBKM Kampus Masa Depan” di Universitas Pasundan, Jumat (13/1/2023), Marsudi mengajak dosen di lingkungan Unpas untuk fokus melakukan riset yang berorientasi pada bisnis, sehingga betul-betul dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Marsudi menekankan pentingnya menggali riset yang aplikatif dan tidak sebatas memenuhi syarat terindeks jurnal Scopus atau jurnal bereputasi internasional.

“Meski penting, tapi kalau terlalu fokus, nantinya dosen hanya akan berorientasi pada jurnal dan publikasi saja. Padahal, banyak inovasi yang harus dikembangkan dan lebih berguna,” katanya.

Pada 2045, Indonesia diproyeksi menjadi negara maju.

Baca juga: VIRAL Larangan Keluar Rumah pada 21 Desember 2022 Karena Fenomena Solstis, Begini Penjelasan BRIN

Marsudi menambahkan, diperlukan SDM yang mumpuni guna merealisasikan hal tersebut dan mewujudkan transformasi ekonomi.

Untuk itu, BRIN tengah membuat empat masterplan riset dan teknologi untuk menjawab permasalahan krusial yang dihadapi Indonesia, yaitu kedaulatan pangan, kesehatan, energi, dan kekurangan air bersih.

Terkait kedaulatan pangan, kata dia, tidak berkutat pada masalah pertanian, tapi juga logistik, processing, dan distribusi.

Perlu ada substitusi pangan dan rekayasa proses pangan agar Indonesia tidak mengandalkan ekspor.

Sementara di sektor kesehatan, BRIN sedang merancang penelitian untuk mewujudkan kemandirian kesehatan, baik obat-obatan maupun peralatannya.

“Masalah energi juga tidak kalah penting. 2030 mendatang, dunia sepakat untuk menghapus 30 persen PLTU batu bara. Sementara 92 persen listrik di Indonesia masih memanfaatkan PLTU batu bara. Paling memungkinkan menggunakan nuklir, tapi masyarakat kita masih harus diedukasi agar tidak banyak kekhawatiran,” ujar Marsudi.

Ia meminta dosen Unpas untuk ikut berkontribusi dan membina mahasiswa agar mulai melakukan penelitian.

Kampus juga diimbau untuk menerapkan sistem pendidikan yang inovatif dan berbasis wirausaha.

“Problemnya, pendidikan kita lebih banyak menghambat kemandirian dan membentuk mental pegawai, bukan mental kreatif. Padahal, industri kreatif memberikan peluang besar yang bisa dimanfaatkan mahasiswa,” kata Marsudi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved