Gempa Bumi di Cianjur
Kisah Korban Gempa Cianjur, Sudah 7 Hari Mencari Keluargnya di Titik Longsor, Tanpa Rasa Lelah
LELAH seakan tak lagi dirasakan korban gempa Cianjur, Ahmad (50). Hingga Minggu (27/11), ia masih bertahan di titik longsor di Jalan Cipanas-Puncak.
TRIBUNJABAR.ID - LELAH seakan tak lagi dirasakan korban gempa Cianjur, Ahmad (50). Hingga Minggu (27/11), ia masih bertahan di titik longsor di Jalan Cipanas-Puncak, Kabupaten Cianjur. Sudah tujuh hari ia berada di sana, berharap keluarganya bisa segera ditemukan.
Saat gempa Cianjur, Senin (21/11) lalu, tutur Ahmad, ibunya, Nining (70) tengah berada di warung miliknya bersama istrinya, Karmila (50) dan putri mereka, Siti Sakinah (21).
Warung Ahmad berada persis di tepi Jalan Cipanas-Puncak. Tanah yang kemudian longsor akibat gempa Cianjur, mengubur warung tersebut beserta semua yang ada di dalamnya, termasuk Nining, Karmila, dan Siti Sakinah.
"Alhamdulillah, ibu sudah ketemu. Tinggal istri dan anak saya," kata Ahmad saat ditemui di Jalan Cipanas-Puncak, kemarin.
Baca juga: Pengungsi Gempa Cianjur Terpaksa Makan Wortel Busuk, Bupati Bantah Distribusi Bantuan Belum Merata
Nining, ibu Ahmad, ditemukan pada hari keempat pencarian. Saat ditemukan, Nining sudah dalam kondisi meninggal dunia.
"Ibu saya ketemunya sudah jauh dari titik longsoran warung. Jenazahnya ditemukan di dekat kali," kata Ahmad.
Proses identifikasi jenazah Nining di RSUD Sayang Cianjur tak berlangsung lama karena Ahmad dan para dokter di RSUD Cimacan segera mengenali jasad yang baru ditemukan hari itu sebagai jasad Nining dari sejumlah ciri fisik yang diberikan Ahmad.
Nining kemudian dimakamkan di kampung halamannya di Desa Sarampat, Kecamatan Cugenang. "Tinggal istri dan anak saya," ulang Ahmad.
Ahmad mengatakan, selain ikut melakukan pencarian bersama para petugas, setiap hari ia juga selalu menyempatkan diri datang ke RSUD Cimacan untuk melihat jenazah baru yang dibawa ke sana, seandainya satu di antaranya adalah jenazah istri atau anaknya.
"Tiap hari saya mondar mandir, saya ke sini (lokasi longsor) terus susul ke rumah sakit," ujar "Tapi, belum ada yang sesuai dengan ciri-ciri anak dan istri saya." Ahmad, kematian adalah kehendak Yang Maha Kuasa.
Ahmad mengaku sangat menyadari kematian adalah takdir yang telah ditentukan oleh Yang Mahakuasa.
"Dari hari Senin sudah di sini, setiap hari saya ke sini, kadang kala tidur di tenda. Sudah tujuh hari bertahan di sini. Bukannya saya enggak rela mereka diambil sama Allah, karena nyawa itu takdir Allah. Tapi kalau saya enggak ada di sini, bagaimana keluarga?" ujarnya.
Sebanyak 160 kantong jenazah dibawa ke RSUD Sayang Cianjur sejak gempa mengguncang Senin, pekan lalu. Karo Dokpol Pusdokkes Polri, Irjen Pol A Nyoman Eddy P, mengatakan dari ke-160 kantong mayat itu, tiga kantong di antaranya adalah body part atau bagian tubuh manusia.
Hari ini kami berhasil mengidentifikasi lima jenazah. Jadi total sudah 145 jenazah yang telah teridentifikasi," ujarnya di RSUD Sayang, kemarin.
Ia mengatakan, sejauh ini masih terdapat tujuh kantong jenazah yang masih dalam proses identifikasi petugas DVI gabungan dari Polres Cianjur, Polda Jabar dan Mabes Polri,
"Masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga diharapkan segera untuk datang ke posko terdekat dengan membawa berkas kependudukan dan rekaman medis keluarga mereka yang hilang," ujarnya.
Memasuki hari ketujuh pascabencana, korban jiwa yang berhasil ditemukan terus bertambah.
"Hari ini ada tiga jenazah yang ditemukan petugas gabungan, sehingga jumlah korban jiwa gempa bumi Cianjur menjadi 321 orang," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Suharyanto di Pendopo Cianjur, kemarin.
Hingga kemarin, sebanyak 108 orang masih dirawat di sejumlah rumah sakit. Lima di antaranya dirawat di RSUD Cimacan, sisanya tersebar di RSUD Sayang, dan rumah sakit-rumah sakit lainnya termasuk di RSUP Hasan Sadikin Bandung. (tribunnetwork/fauzi noviandi/malvyandie/fersianus)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.