Gempa Bumi di Cianjur
Ibu dan Anak Ditemukan Meninggal Berpelukan di Lokasi Longsor Gempa Cianjur, Mobil Terpaksa Dipotong
Dari delapan penumpang yang ada di mobil Avanza, dua orang terdiri dari ibu dan anak. Mereka ditemukan berpelukan saat dievakuasi tim dari longsoran
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Ferri Amiril Mukminin
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Isak tangis dari rekan dan keluarga pecah di halaman kamar mayat RSUD Sayang Cianjur saat enam jenazah para kepala sekolah TK tiba di kamar mayat, Jumat (25/11/2022) pagi.
Satu persatu kantong jenazah diturunkan untuk diidentifikasi oleh forensik.
Rekan dan keluarga dari para kepala sekolah sudah menunggu sejak pagi.
Semua menitikan air mata saling berpelukan tatkala tim forensik memanggil satu persatu keluarga untuk masuk ke kamar mayat dan memastikan bahwa itu keluarga mereka.
Dari delapan penumpang yang ada di mobil Avanza, dua orang terdiri dari ibu dan anak.
Mereka ditemukan berpelukan saat dievakuasi tim dari longsoran di tebing Palalangon, Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
Ibu dan anak tersebut belakangan diketahui bernama Yanti Mandasari (42) guru TK Insan Hasanah warga Kampung Awilarangan, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Anaknya bernama Qinanti (2).
Baca juga: Kepala Sekolah yang Mobilnya Terkena Longsoran Gempa Cianjur Sudah Dievakuasi
Keduanya sudah dievakuasi dan saat ini dalam proses pemulasaraan jenazah.
Anak sulung korban, Srikanti (22), mengatakan ia masih berkomunikasi dengan ibunya melalui aplikasi WhatsApp sebelum kejadian.
"Senin sebelum pukul 12.00 WIB, saya sempat bertanya lokasi ke mamah karena mamah update foto bareng adik, balasan dari mamah ada acara sekolah di Sarongge," ujar Srikanti dengan nada lirih ditemui di kamar mayat siang ini.
Srikanti yang sedang bekerja di Tangerang kembali mengirim WhatsApp mengabarkan bahwa ada gempa di Cianjur.
"Pas sudah kejadian gempa juga saya langsung kontak si mamah, dari situ sudah tak ada balasan dan ceklis satu," kata Srikanti.
Srikanti belum mendapat kabar mama dan adiknya terkubur longsor, ia hanya menunggu dan menduga handphone mamanya habis baterai.
"Ceklis satu sampai sore hingga malam, tak biasanya mamah seperti itu, dari situ saya dikabari ayah untuk segera pulang ke Cianjur," kata Srikanti.