Ini Alasan Perajin Tahu Tempe Lebih Memilih Kedelai Impor

Perajin tahu tempe memiliki sejumlah alasan sendiri kenapa memilih menggunakan kedelai impor

Muhamad Syarif Abdussalam
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat Iendra Sofyan pada acara diskusi bersama media dan mahasiswa di Bandung, Selasa (17/10). 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat berkoordinasi dengan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) terkait dengan kenaikan harga tahu dan tempe di wilayah Bandung Raya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat Iendra Sofyan, mengatakan selama ini pogram penanganan komiditas kedelai di Indonesia sudah dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Bulog.

Ia menuturkan berdasarkan data Bulog, sampai 12 Oktober 2022, dari 17 kabupaten/kota yang diberi subsidi kedelai sebesar Rp 1 ribu per kilogramnya,

Provinsi Jabar menempati urutan pertama.

Baca juga: Harga Kedelai Masih Tinggi, Perajin Tahu Tempe di Cimahi Bakal Menaikkan Harga Jual tapi . . .

"Jabar paling besar alokasi subsidi kedelai dari pusat yakni 30.365.000 kg. Paling besar kedua Jatim, yakni 11,7 juta kg, dan Jateng ketiga sebanyak 10, 7 juta kg. Realiasasi sampai 12 Oktober 2022 total realiasi sudah 32 juta (untuk Jabar) sudah melebihi," katanya pada acara diskusi bersama media dan mahasiswa di Bandung, Selasa (17/10).
 

Persoalan ini juga seperti biasa terjadi karena 90 persen bahan baku tahu tempe yakni kedelai berasal dari luar negeri.

Kedelai.
Kedelai. (KOMPAS.COM)

"Terkait kedelai yang berimbas pada kenaikan harga tahu tempe, kita mengawasi dan terus berkoordinasi dengan Kopti di Kota Bandung atau provinsi," katanya.

Menurut dia, Kementerian Pertanian terus berupaya untuk mendorong petani menanam kedelai, tetapi hasil kurang optimal.

"Menurut kadis pertanian di sejumlah daerah, para petani kurang tertarik. Sudah mencoba karena untungnya tidak besar. Yang kedua, mungkin dipengaruhi hasil produk yang tidak sebagus dari luar negeri," kata dia.

Baca juga: Harga Kedelai Masih Mahal, Perajin Tahu-Tempe di Cimahi Kemungkinan Bakal Naikkan Harga Jual

Pihaknya menambahkan pengendalian harga kedelai juga turut dilakukan dengan rencana menerapkan skema menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) yang dikembangkan oleh BI.

"(LCS) ini dikembangkan BI, dan dikerjasamakan dengan sejumlah negara seperti Jepang, China, Hongkong bahkan Thailand. Sehingga jika terjadi perdagangan luar negeri, kita gunakan mata uangnya itu negara yang dikerjasamakan, tidak tergantung dolar. Kan sekarang dolar naik semuanya ikut naik. Nah, LCS yang akan kita dorong untuk Indonesia," katanya.

Sebelumnya pengusaha pabrik tahu di Sentra Produksi Cibuntu menaikkan harga tahu dari Rp 50 ribu menjadi Rp 60 ribu per papan serta tempe dari Rp 12 ribu menjadi Rp 13 ribu per kilogram imbas dari kenaikan harga kacang kedelai.
 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved