Persib Bandung
Ketika Dedi Kusnandar Berkaus Persib dan Tony Sucipto Berjaket Persija Lakukan Salat Bersebelahan
Ratusan orang dari berbagai kelompok suporter klub sepak bola di Indonesia menggelar salat gaib dan doa bersama bagi para korban tragedi Kanjuruhan.
Penulis: Cipta Permana | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Ratusan orang dari berbagai kelompok suporter klub sepak bola di Indonesia menggelar salat gaib dan doa bersama bagi para korban tragedi Kanjuruhan, di GOR Saparua, Kota Bandung, Sabtu (8/10/2022).
Tajuk acara salat gaib dan doa bersama itu adalah "Dari Kami untuk Malang".
Tampak perwakilan para suporter dari Bobotoh (Persib Bandung), The Jak Mania (Persija Jakarta), Aremania (Arema FC), Bonek (Persebaya Surabaya), Slemania (PSS Sleman), Panser Biru (PSIS Semarang) The Macz Man (PSM Makassar), Brajamusti (PSIM Yogyakarta), dan SMeCK Hooligan (PSMS Medan) hadir dan duduk bersama dalam satu tribun dan satu karpet hijau di GOR Pajajaran.
Kegiatan salat gaib dan doa bersama dipimpin oleh ustaz kondang Muzammil Hasballah.
Berdasarkan pantauan TribunJabar.id, kegiatan diawali dengan salat Magrib berjemaah.
Kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan Al-Quran, surat Yasin, salat Isya berjemaah, dan doa bersama.
Saat doa dipanjatkan, beberapa peserta dari perwakilan kelompok suporter tampak tidak kuasa menahan tangis.
Mereka turut merasakan sakitnya rasa kehilangan nyawa dari ratusan korban peristiwa nahas di Stadion Kanjuruhan.
Kegiatan pun diakhiri dengan sesi berbagi kisah dan menanggapi peristiwa Stadion Kanjuruhan dari perwakilan suporter dan beberapa pemain.
Para pemain itu antara lain Dedi Kusnandar dari Persib Bandung serta Tony Sucipto, M. Taufik Hidayat, dan Hanif Sjahbandi (Persija Jakarta).
Ketika salat, Dedi Kusnandar dan Tony Sucipto berdiri bersebelahan.
Dedi Kusnandar memakai kaus berlogo Persib Bandung dan Tony Sucipto mengenakan jaket Persija Jakarta.
Kegiatan ini pun dihadiri oleh beberapa mantan pemain Persib, seperti Adeng Hudaya, Airlangga Sutjipto, dan Sujana.
Dalam sesi tersebut, baik pemain maupun perwakilan suporter berharap bahwa tragedi Kanjuruhan harus menjadi yang terakhir.