Perajin Tempe di Cimahi Hadapi Dilema setelah Harga Kedelai Naik, Ini yang Mereka Lakukan

Para perajin tempe di Kota Cimahi, Jawa Barat, saat ini menghadapi dilema menyusul naiknya harga kedelai dalam dua pekan terakhir.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar
Seorang perajin tempe saat memproduksi tempe di Jalan Margaluyu, RT 7/2, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, setelah harga kedelai naik. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Para perajin tempe di Kota Cimahi, Jawa Barat, saat ini menghadapi dilema menyusul naiknya harga kedelai dalam dua pekan terakhir.

Pasalnya, mereka harus mengambil keputusan yang tepat agar usahanya tidak sampai gulung tikar.

Dengan kenaikan harga kedelai tersebut, mereka dihadapkan dengan kondisi yang sulit karena hanya ada dua pilihan agar usahanya tetap bertahan.

Dua pilihan itu adalah menaikkan harga tempe atau mengecilkan ukurannya dengan harga yang sama.

Baca juga: Harga Kacang Kedelai Naik, Perajin Tahu di Pangandaran Bingung: Kami Harus Kerja Bakti, Tolonglah

Kondisi itu dirasakan oleh Kusnanto (54), perajin tempe di Jalan Margaluyu, RT 7/2, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, yang saat ini tetap bertahan menjalankan usahanya di tengah kenaikan harga kedelai.

"Jadi, kalau diganti dengan kedelai kualitas rendah juga dikhawatirkan malah konsumen pergi. Untuk saat ini saya terpaksa menaikkan harga jual tempe," ujar Kusnanto saat ditemui di tempat produksinya, Jumat (30/9/2022).

Dia mengatakan, awal tahun lalu harga kedelai ini hanya Rp 8.000 per kilogram, kemudian naik menjadi Rp 11.100 per kilogram.

Sejak dua pekan yang lalu, kata dia, harganya mengalami kenaikan lagi menjadi Rp 12.700 per kilogram.

Baca juga: Masyarakat Jangan Kaget, Ukuran Tahu dan Tempe di Indramayu Bakal Lebih Kecil dari Biasanya

Di sisi lain, kata Kusnanto, kenaikan harga jual tempe tak bisa sembarangan dilakukan karena nantinya akan berdampak terhadap menurunnya penjualan, apalagi bukan tak mungkin akan dikomplain konsumen.

"Sebetulnya harga jual tempe itu tergantung ukurannya, tapi yang awalnya dijual Rp 6.000 sekarang jadi Rp 7.000."

"Mau dinaikkan harganya Rp 500 juga repot, tapi syukur masih banyak pembeli yang memaklumi," katanya.

Menurutnya, kenaikan harga kedelai itu sulit untuk disiasati karena saat ini ukuran tempe yang diproduksi sudah kecil.

Jika mengganti kualitas kedelai yang digunakan dengan kualitas yang kurang bagus, juga tak mungkin dilakukan.

Karena itu, pria yang menjabat sebagai Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kota Cimahi itu berharap pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) turun tangan untuk pengadaan dan penyaluran kedelai berharga murah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved