Korban Pergerakan Tanah di Sukabumi Belum Juga Direlokasi, Ketua DPRD Minta Fast Respons

Yudha Sukmagara meminta Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sukabumi cepat melakukan penanganan korban bencana alam pergerakan tanah.

Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Giri
Tribun Jabar/M Rizal Jalaludin
Kondisi rumah korban pergerakan tanah di Kampung Nyalindung, Desa Pasirsuren, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (21/9/2022). 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Kabupaten Sukabumi, M Rizal Jalaludin

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi, Yudha Sukmagara, meminta Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sukabumi cepat melakukan penanganan korban bencana alam pergerakan tanah.

Sudah hampir setahun, puluhan korban pergerakan di Kampung Nyalindung, Desa Pasirsuren, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, belum mendapatkan kepastian relokasi.

Catatan Tribunjabar.id, peristiwa pergerakan tanah itu pertama kali terjadi sekitar pukul 20.00 WIB, Sabtu (6/11/2021).

Hingga kini, korban pergerakan tanah ada yang ngontrak, ada pula yang masih tetap bertahan di rumah yang sudah rusak, retak-retak hingga nyaris rubuh.

"Nanti saya akan coba komunikasi dengan dinas sosial dan juga apa-apa saja yang sudah pemerintah daerah lakukan. Kalau berbicara sudah satu tahun, saya rasa sudah terlalu lama. Seharusnya apabila ada kondisi kondisi darurat, kondisi-kondisi bencana itu seharusnya melakukan langkah langkah secara fast respons, secara cepat untuk bisa menangani hal tersebut," ujar Yudha ditemui di kantornya, Rabu (21/9/2022).

Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi, Yudha Sukmagara.
Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi, Yudha Sukmagara. (Tribun Jabar/M Rizal Jalaludin)

Menurutnya, waktu satu tahun bukan waktu sebentar.

Sebab itu, Yudha pun akan menanyakan kepada BPBD tentang upaya relokasi bagi para korban.

Baca juga: Bawaslu Kabupaten Sukabumi: Pendaftaran Panwascam Harus Penuhi 30 Persen Keterwakilan Perempuan

"Permasalahan tadi pastinya harus dilakukan karena masyarakat tidak bisa menunggu, harus ada relokasi. Jadi insyaallah nanti akan segera mengetahui dengan dinas sosial bersama-sama dengan dinas terkait, dengan BPBD dan juga nanti akan komunikasi dengan sekretaris daerah untuk menanyakan apa saja langkah-langkah yang sudah dilakukan," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Sukabumi, Wawan Godawan Saputra, mengatakan, saat ini masih tahap awal dan masih tahap verifikasi kelengkapan administrasi untuk merelokasi korban pergerakan tanah.

Baca juga: Tak Ada Bantuan Perbaikan, Korban Pergerakan Tanah di Cikakak Sukabumi Tinggalkan Rumah

Kampung mati

Kampung Sukawayana RT 02 RW 02 Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berubah bak kampung mati.

Tak ada tanda-tanda kehidupan di sana.

Warga memilih meninggalkan rumah mereka karena tak kunjung ada bantuan dari pemerintah.

Kampung Sukawayana merupakan korban pergerakan tanah.

Ketua RT 02 Kampung Sukawayana, Bayu, mengatakan, warga ada yang mengontrak dan ada yang tinggal di warung tempat berjualan di pinggir jalan raya nasional yang tidak jauh dari perkampungan.

Pantauan di lapangan, kondisi perkampungan korban pergerakan tanah itu tidak terlihat aktivitas warga seperti biasanya. Bangunan rumah yang rusak pun sudah dipenuhi ilalang dan semak.

Suasana di Kampung Sukawayana RT 02 RW 02 Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (21/9/2022). Beberapa warga di Kampung Sukawayana memilih meninggalkan rumah karena rusak akibat bencana tanah bergerak.
Suasana di Kampung Sukawayana RT 02 RW 02 Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (21/9/2022). Beberapa warga di Kampung Sukawayana memilih meninggalkan rumah karena rusak akibat bencana tanah bergerak. (Tribun Jabar/M Rizal Jalaludin)

"Mereka ada yang ngontrak, ada yang nempel di warung-warung. Sekarang hampir setahun. Mereka itu intinya bingung gimana caranya untuk bisa memperbaiki rumah mereka kembali, sedangkan bantuan itu tidak ada sama sekali, khususnya untuk membangun kembali," ujar Bayu ditemui di rumahnya, Rabu (21/9/2022).

Bayu menyebutkan, terdapat enam rumah di lokasi itu yang rusak parah dan ditinggalkan penghuninya.

Menurutnya, warga sangat berharap pemerintah segera memberikan bantuan perbaikan rumah.

"Yang parahnya saja sekitar empat, yang retak-retak banyak. Yang ditinggalkan itu sekitar enam rumah. Cuma, yang dipermasalahkan itu, warga saya sendiri belum bisa kembali karena rumah mereka itu rusak, apalagi yang rusak total," ucapnya.

"Harapannya, untuk Pemerintah Kabupaten Sukabumi mohon dengan sangat, saya selaku ketua RT mohon mereka dibantu sebisa mungkin, berupa apa saja, supaya mereka bisa kembali lagi ke rumah masing-masing, jangan sampai telantar. Kalau ngontrak kan mereka itu Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu per bulan, tahu sendiri lah ekonomi sekarang, ditambah kenaikan BBM," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved