Kisah Sopir Angkot Jujur yang Tolak Uang Jutaan Rupiah Demi Jaga Kepercayaan Pelanggan
Kesetiaan seorang sopir angkot yang menolak uang jutaan rupiah demi menjaga kepercayaan langganannya patut diacungi jempol.
TRIBUNJABAR.ID – Kesetiaan seorang sopir angkot yang menolak uang jutaan rupiah demi menjaga kepercayaan langganannya patut diacungi jempol.
Betapa tidak, sopir angkot T 1901 TO bernama Atep itu dengan tegas menolak permintaan mengantarkan Kang Dedi Mulyadi dengan upah Rp 3 juta demi menjaga kepercayaan para pelanggannya yang merupakan para pegawai pabrik di Subang.
Kisah ini bermula saat Kang Dedi Mulyadi berkeliling Subang. Di perjalanan ia melihat angkot warna biru dengan kaca stiker bergambar wajahnya lengkap dengan tulisan ‘ Dangian Ki Sunda’ dan pepatah Sunda ‘Dituntun ku Santun, Dipiara ku Rasa, Dilatih ku Peurih, Diasuh ku Lungguh, Diasah ku Kanyaah, Disipuh ku Karipuh’.
Saat angkot tersebut terjebak kemacetan Kang Dedi yang biasa mengenakan iket warna putih naik dengan mengenakan topi putih langsung ke bangku penumpang depan angkot dan membuat kaget sang sopir. Namun sopir tak mengenali yang naik adalah Kang Dedi karena berpakaian seperti preman.
Baca juga: Transparansi Limbah, Dedi Mulyadi Minta Pabrik Membuat Alat Ukur Air-Udara yang Bisa Dilihat Warga
Angkot tersebut melayani rute Subang-Tanjungsiang. Hanya saja saat itu ia hendak mengambil orderan para karyawan sebuah pabrik di Subang.
“Sekarang baru dapat Rp 250 ribu itu untuk setor dan bensin. Untuk pulang (untung) ambil dari carteran karyawan,” ujar Atep.
Kang Dedi pun meminta Atep untuk mengantarnya ke daerah Kalijati dengan bayaran Rp 300 ribu. Namun Atep menolak karena merasa memiliki tanggung jawab pada para pelanggannya.
Karena ditolak, Dedi lantas menaikkan tawarannya hingga Rp 3 juta. Namun lagi-lagi sopir tersebut menolaknya dengan alasan yang sama.
“Gak bisa, Pak, karena saya tanggung jawab ke langganan. Saya tidak boleh mengecewakan pelanggan,” ujarnya.
Menurutnya meski dari carteran ia hanya mendapat Rp 10 ribu per orang dari carteran karyawan, namun itu rutin setiap hari. Sementara pemberian jutaan tersebut tak akan pernah terulang Kembali.
“Bapak kan bisa alasan ke karyawan kalau angkot mogok atau ada yang sakit,” ujar Dedi Kembali menawari uang jutaan rupiah.
“Gak boleh, Pak. Itu berbohong. Kecuali memang fakta keluarga ada yang sakit baru boleh. Kalau bohong saya gak mau,” timpal sang sopir.
Obrolan pun beralih ke soal stiker yang ditempel di kaca belakang angkot. Menurut sang sopir stiker itu ia sengaja tempel karena terinspirasi oleh sosok Dedi Mulyadi.
“Dangiang Ki Sunda pepatah Sunda karakter Pak Haji Dedi. Dia itu menolong masyarakat kecil, jompo, masyarakat kecil,” ucap Atep.
“Itu mah pencitraan,” timpal Dedi yang hingga saat itu identitasnya belum diketahui oleh sang sopir.
“Kalua pencitraan bukan begitu, dia enggak Pak. Saya rasa kinerjanya waktu dulu dari zaman wakil bupati sampai jadi Bupati Purwakarta bagus. Itu penataan kotanya sesuai dengan kesundaan, bersih, cinta seni budaya dan rakyatnya,” ucap sopir itu.
Atep pun mengaku pernah beberapa kali melihat Dedi dari kejauhan. Ia pun menyebutkan beberapa tempat pagelaran wayang golek yang pernah didatangi oleh Dedi.
“Saya suka lihat beliau itu santun, selalu memberi pada orang fakir miskin, saya yakin orang baik,” katanya.
Tak hanya itu Atep juga menceritakan bahwa saat ini Dedi tinggal di Lembur Pakuan. Menurutnya Lembur Pakuan kini telah ditata rapi dan bersih oleh Dedi dan pantas menjadi percontohan untuk desa-desa di Subang.
“Pak Haji Dedi itu orang Lembur Pakuan, saya pernah ke sana bersih sekali contoh untuk Subang. Itu yang bangun Pak Haji Dedi, dia kan lahir di sana. Dia sudah mencontohkan kampung aman, nyaman, bersih, enak, itu bukti dia baik pada masyarakat,” katanya.
Baca juga: Bak Kisah FTV, Dedi Mulyadi Bertemu Kernet Pekerja Keras yang Jalin Asmara dengan Anak Bos Truk
Kang Dedi Mulyadi Kembali menawari Atep untuk mengantarnya ke Kalijati dengan bayaran Rp 3 juta. Namun lagi-lagi tawaran itu ditolak.
“Maaf enggak, Pak. Buat saya kepercayaan pelanggan lebih utama,” ujarnya.
Singkat cerita Kang Dedi Mulyadi meminta angkot itu berhenti. Ia meminta sopir menjelaskan arti stiker yang ditempel di angkotnya.
Setelah cukup panjang menjelaskan makna stiker tersebut, tiba-tiba Kang Dedi Mulyadi memberikan uang jutaan rupian yang sebelumnya ditawarkan pada sopir tersebut.
“Bapak kenal saya?,” ujar Kang Dedi sambil membuka topinya.
Sontak sopir pun kaget karena orang yang dari tadi duduk bersamanya adalah Dedi Mulyadi.
“Oh Pak Haji,” ucapnya sambil langsung menangis memeluk Kang Dedi Mulyadi.
“Bapak sehat terus, bapak orangnya jujur dan baik. Salam untuk istri dan keluarga semua. Ini contoh bagi sopir yang lain, uang tidak ada artinya dibanding sikap,” kata Kang Dedi Mulyadi seraya meninggalkan lokasi.