Dishub Kota Bandung: Banyak PJU Dicuri dari Lampu Sampai Panelnya, Ada yang Gali Tanah Curi Kabel
Kota Bandung dinilai masih minim pencahayaan, di antaranya karena banyak kehilangan jaringan kabel bawah tanah yang mengandung tembaga dan PJU dicuri
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Situasi Kota Bandung pada malam hari masih terbilang minim pencahayaan dengan banyaknya lampu penerangan jalan yang mati alias tak berfungsi.
Penyebab minim pencahayaan di antaranya adalah banyak kehilangan khususnya jaringan kabel bawah tanah yang mengandung tembaga dan memiliki nilai (harga) serta lampu penerangan jalan umum (PJU) hilang dicuri.
Kepala Bidang Prasarana pada Dishub Kota Bandung, Panji Kharismadi menyampaikan memang idealnya lampu penerangan jalan di Bandung sebanyak 69 ribu, sedangkan kondisi eksisting saat ini hanya ada sebanyak 49 ribu atau kurang 19-20 ribuan.
"Dari jumlah 49 ribu penerangan jalan itu, 3 ribu di antaranya masuk dalam penerangan jalan lingkungan (PJL) dengan posisi lebar jalannya di bawah 4 meter, lalu yang 46 ribunya lagi masuk jalan umum yang posisi lebar jalannya di atas 4 meter," ujarnya di Balai Kota, Rabu (31/8/2022).
Ketika ditanyakan terkait urgensi penerangan jalan umum yang berpotensi terjadi kerawanan, Panji memang mengakui bahwa beberapa hari ini banyak kejadian tindak kejahatan termasuk di wilayah kota yang sebenarnya sudah tercover penerangan.
Baca juga: Telkom dan ALINDO Kembangkan Smart PJU Berbasis LoRaWAN di Indonesia
"Tapi, yang jadi masalah lampu di kota itu banyak kehilangan khususnya jaringan kabel bawah tanah yang mengandung tembaga dan memiliki nilai (harga). Jadi, ada yang menggali lalu memotongnya dan mengambil tembaga itu. Kedua, masalah ada yang mencuri lampunya. Pada awal 2022, sudah banyak lampu di Braga diambil sampai habis. Sedangkan di wilayah Dago, kehilangannya itu sama tempat lampunya," katanya.
Tak hanya lampu, tembaga, dan tempat lampunya yang dicuri, Panji menyebut ada pula yang mencuri kontaktor alias jantung dari PJU.
Kontaktor itu memang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan harga satu kontaktor Rp 1,5 juta.
"Biasanya kontaktor ini digunakan di pabrik-pabrik. Jika kontaktor itu hilang ya matilah PJU. Kami memohon partisipasi warga jika melihat ada selain petugas Dishub yang mengotak-atik minimal ditanyakan," ujarnya.
Panji mengaku memang tak ada pengawasan khusus terhadap penerangan jalan lantaran keterbatasan personel yang dimiliki Dishub Kota Bandung.
Karena itu, upaya yang dilakukan agar tak terulang yakni dengan berkoordinasi bersama camat untuk menginformasikan kembali ke lurah, RT, dan RW.
"Kami harap jika ada yang otak-atik lampu PJL tolong tanyakan. Jika ada PJU atau PJL yang mati di malam hari atau menyala di siang hari, bisa informasikan ke kami lewat camat dan lurah," ucapnya seraya menyebut masih lebih banyak membutuhkan lampu di jalan lingkungan, sedangkan jalan umum butuh 3.400 lampu.
Baca juga: Ratusan PJU di Jalur Mudik di Kabupaten Karawang Rusak, Pemkab Tak Bisa Perbaiki Semuanya
"APBD 2022 untuk PJU senilai Rp 40 miliar tapi enggak semuanya (lampu) baru melainkan ada untuk pemeliharaan dan sebagian baru atau sebagian armatur, serta untuk operasional petugas yang mayoritasnya non PNS," katanya.(*)