Detik-detik Sebelum Suporter PSS Sleman Jadi Korban Pengeroyokan, Meninggal Setelah Dirawat 8 Hari
Satu lagi suporter sepak bola di Indonesia meninggal dunia. Setelah dua bobotoh Persib Bandung, kini satu suporter PSS Sleman kehilangan nyawa.
TRIBUNJABAR.ID, SLEMAN - Satu lagi suporter sepak bola di Indonesia meninggal dunia. Setelah dua bobotoh Persib Bandung, kini satu suporter PSS Sleman kehilangan nyawa.
Namun, penyebabnya beda dengan bobotoh yang kala itu berdesakan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, untuk menonton laga Persib Bandung melawan Persebaya Surabaya di Piala Presiden 2022.
Suporter PSS Sleman yang meninggal karena dianiaya sekelompok orang adalah Tri Fajar Firmansyah (23).
Dia merupakan suporter PSS Sleman yang tergabung komunitas BTCY.
Fajar merupakan warga Dusun Glendongan, Padukuhan Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman.
Tiga puluh menit sebelum menjadi korban penganiayaan, Tri Fajar Firmansyah masih sempat menyapa sejumlah rekannya di kawasan Babarsari, Senin (25/7/2022) siang.
Saat itu dia sengaja libur dari pekerjaannya sebagai ojek online untuk menjaga kampungnya.
Fajar ingin menjaga kampungnya agar tidak ada gerombongan suporter yang masuk ke permukiman warga.
Baca juga: Darius Sinathrya Minta Suporter Lawan RANS Nusantara FC Jangan Singgung Rafathar
Sebab, saat terjadi kericuhan suporter beberapa waktu sebelumnya, ada sekelompok suporter yang masuk ke dalam kampung dan melempari warga dengan batu.
Siang itu, di hari kejadian, Fajar bertemu dengan Amin, teman satu kampungnya.
Tak ada firasat apa pun yang dirasakan oleh Amin.
Sebab, saat bertemu, korban masih menyapa Amin dengan hangat.
“Papasan saja di jalan. Saya tanya, mau ke mana, dari mana. Alasan dia mau ke daerah itu karena mau jaga biar rombongan (suporter) tidak masuk ke kampung,” cerita Amin mengenang detik-detik terakhir sang sahabat sebelum menjadi korban penganiayaan.
Menurut Amin, sahabatnya itu sedang apes.
Sebab,niat hatinya hanya ingin menemani kawan jukir sambil menjaga kampungnya, malah dia menjadi korban aniaya.
Baca juga: Putra Presiden Joko Widodo Blacklist Oknum Suporter Persis Solo, Ini Penyebabnya
“Fajar itu memang dikenal baik. Kenapa dia mau jaga kampung? Karena dari kasus sebelumnya, rombongan itu masuk ke kampung, ngelemparin orang sini,” tutur Amin.
“Fajar itu tidak ikut tawuran, ya. Dia memang menemani juru parkir (jukir) di Mirota Babarsari itu, Mas Imam,” lanjut Amin.
Rekan Fajar lainnya, Taufiq menyebut saat terjadi kerusuhan, tak ada suporter yang masuk ke kampungnya.
“Kalau yang rusuh sebelumnya ditangkap Provos AU. Ini kemarin untung enggak masuk kampung,” ucapnya.
Amin dan Taufiq mengira-ngira, setidaknya ada 50 motor rombongan berboncengan yang melintas di Jalan Adisucipto, berbatasan langsung dengan daerah Tambakbayan.
“Nah, Fajar itu inginnya memantau, biar tidak terjadi kayak sebelumnya, biar rombongan enggak masuk ke kampung. Kadang dari sana masuk gitu ke kampung dan lemparin batu,” tutur Amin lagi.
Saat itu, Fajar dan Imam hanya berdua berada di area parkir sebelah timur Mirota Babarsari.
Baca juga: Suporter AC Milan akan Potong Kaki Jika Rafael Leao tak Perpanjang Kontrak, Begini Respons si Pemain
“Ya mungkin memang sudah jalannya. Fajar itu orang baik betul. Enggak aneh-aneh dia, enggak ikut tawuran tapi malah jadi korban,” papar Amin.
Setelah insiden pengeroyokan, Taufiq segera dihubungi kawan-kawannya untuk menjenguk Imam dan Fajar di masing-masing rumah sakit.
Imam berada di Rumah Sakit Islam Yogyakarta (RSIY) PDHI. Sedangkan, Fajar sudah ada di RSPAU Dr S Hardjolukito.
“Kami bagi dua tempat, ada yang jaga Fajar, ada yang jaga Mas Imam. Kami kondisikan masing-masing dulu. Mas Imam itu juga orang Tambakbayan, belakang Atma (UAJY),” timpal Taufiq.
Baca juga: TERUNGKAP! Mayat Pria di Parit Jalan Girimukti Sukabumi Ternyata Tukang Ojek yang Hilang
Meninggal Setelah Dirawat 8 Hari
Akibat penganiayaan, Fajar sempat mengalami kritis. Kepala belakangnya mengalami luka akibat benda tumpul, menurut keterangan polisi.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Fajar menjalani perawatan di RSPAU Dr S Hardjolukito selama delapan hari.
Amin dan Taufiq tak berharap banyak. Namun, jika pun boleh meminta, mereka ingin kasus ini diselesaikan dengan tuntas.
Pengeroyok harus dihukum setimpal karena sudah menghilangkan nyawa pemuda yang tak bersalah.
Fajar adalah anak terakhir. Dua kakaknya juga tinggal di daerah Tambakbayan dan tentu, menjadi anak kesayangan orang tua.
“Kita berharap kasus ini naik. Jangan kayak sebelumnya, berhenti di tengah jalan, tidak ada perkembangan. Harus tuntas diselesaikan,” ucap Amin.
Fajar harus menjadi korban pertama dan terakhir dari bentrok antarsuporter sepak bola.
Tidak ada olahraga yang sangat bernilai hingga menghilangkan nyawa penggemar setianya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Cerita 30 Menit Sebelum Tri Fajar Firmansyah Dianiaya Saat Kericuhan Suporter di Babarsari