WASPADA, Jangan Lupakan Bahaya Demam Berdarah, di Sumedang Sudah 13 Orang Meninggal

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi warga Sumedang. 

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Ravianto
Pixabay
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi warga Sumedang. Tahun ini sudah 13 orang meninggal akibat DBD. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi warga Sumedang

Selain ribuan orang terjangkit penyakit  ini di tahun 2022, belasan orang juga meninggal dunia

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumedang menyebutkan sebanyak 1.296 orang terjangkit DBD dan kembali sembuh. 

"Sebanyak 13 orang di luar jumlah itu, meninggal dunia, itu data sampai Juli 2022," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Aep Dadang Hamdani, Selasa (2/8/2022). 

Aep mengatakan Pemkab Sumedang melalui Dinkes terus melakukan pencegahan penyakit yang dibawa nyamu Aedes aegypty itu. 

Di antaranya, Dinkes melakukan edukasi untuk senantiasa melakukan 3 M. Yakni, menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas. 

Edukasi itu didukung juga dengan adanya juru pemantau jentik (Jumantik). Dinkes mengadakan gerakan satu rumah satu jumantik (G1r1J). 

G1r1J baru akan dimulai pada hulan Oktober 2022. 

"Kami juga lakukan fogging (pengasapan)," katanya.

Di KBB Sudah 10 Orang Meninggal

Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami kenaikan pada tahun ini, bahkan dampaknya 10 orang meninggal dunia.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) KBB, selama Januari-Juli 2022, ada 957 kasus DBD yang ditangani 32 puskesmas.

Padahal, pada Januari hingga Oktober 2021, hanya terdapat 260 kasus dengan satu orang meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan KBB, Nurul Rasyihan, mengatakan kasus DBD ini meningkat karena pada 2022 pelaporan kasus ke puskesmas mulai normal lagi. 

"Jadi kasusnya meningkat, pada tahun ini sampai Juli sudah 957 kasus DBD dan 10 orang meninggal dunia," ujarnya saat dihubungi, Selasa (26/7/2022).

Nurul mengatakan, pada 2021, banyak kasus DBD yang tidak terlaporkan ke Dinas Kesehatan karena puskesmas dan rumah sakit fokus melakukan vaksinasi Covid-19.

"Jadi, petugasnya banyak yang tersedot ke situ, artinya DBD ini tidak terperhatikan pelaporannya. Nah kalau tahun sekarang sudah kembali normal," kata Nurul.

Pada tahun ini, kata Nurul, kasus DBD yang paling banyak ada di Kecamatan Padalarang, Lembang, Batujajar, dan Cikalongwetan karena daerah itu menjadi endemis DBD. 

"Setiap tahun kasus DBD di empat kecamatan itu memang paling banyak kalau dibandingkan kecamatan lainnya. Kalau di tingkat kabupaten kota, KBB memang bisa dikatakan endemis juga karena selalu ada kasus," ucapnya.

Dengan melonjaknya kasus DBD ini, Nurul mengingatkan masyarakat di Bandung Barat wajib mewaspadai potensi penularan DBD mengingat saat ini baru masuk musim hujan. 

"Jadi potensi penularannya masih sangat mungkin terus bertambah apalagi kan sekarang baru awal musim hujan," ujar Nurul.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved