Persib Bandung

SUDAH TEPATKAH Desakan Mundur untuk Pelatih Persib Bandung Robert Alberts? Sudah Banyak Contoh

Berdasarkan penelusuran Tribunjabar.id, beberapa pelatih top di kompetisi sepakbola tertinggi di tanah air pun terpaksa menanggalkan jabatannya.

Penulis: Cipta Permana | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/ Deanza Falevi
Pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts sebut tim asuhannya memiliki kondisi fisik yang bagus pada pertandingan lawan Bhayangkara FC, Minggu (24/7/2022) kemarin. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Desakan bobotoh yang meminta pelatih Persib Bandung Robert Rene Alberts untuk mundur dari kursi pelatih kepala, menyusul hasil minor dalam dua pertandingan Persib di Liga 1 2022/2023 kian riuh di media sosial.

Pengamat sepakbola, Dani Wihara menilai bahwa desakan mundur dari bobotoh merupakan bentuk kecintaan dan kekhawatiran akan prestasi Persib, dan hal tersebut sudah berlangsung secara turun temurun sejak era perserikatan.

"Desakan mundur bagi pelatih kepala Persib dari bobotoh, adalah hal yang sudah terjadi sejak era perserikatan dulu, jadi bukan baru kali ini saja di era kepelatihan Robert Rene Alberts," ujarnya saat di hubungi melalui telepon, Minggu (30/7/2022).

Karena sejak zaman dulu, lanjutnya keinginan bobotoh hanya satu yaitu, ingin tim kebanggaannya meraih hasil kemenangan, siapapun dan apapun level lawan yang dihadapi Persib,

Dani pun menuturkan, latar belakang desakan mundur tersebut pun, bukan hanya karena hasil dari dua pertandingan Persib musim ini. 

Akan tetapi hampir selama tiga musim Robert Rene Alberts menjabat sebagai pelatih kepala sejak 2019 lalu, belum ada satu pun gelar di raih oleh Persib.

Selain itu, permainan Persib Bandung seperti kehilangan DNA-nya, dimana sebelumnya Maung Bandung mampu bermain sistematis dari kaki ke kaki dari pemain belakang, ke tengah, lalu ke pemain depan.

"Tapi sekarang, bisa kita lihat di bawah tangan Robert, permainan justru berubah dari sistematis menjadi pragmatis, dengan mengandalkan bola-bola panjang ke depan yang justru tidak efektif," ucapnya.

Dani pun menilai, bahwa Robert Rene Alberts kerap salah dalam menentukan pergantian pemain. 

Baca juga: Nasib Robert Alberts Setelah Persib Dipermak Madura, Mulai Digoyang Bobotoh, Dilihat Sampai 4 Laga

Hal tersebut terjadi saat di laga terakhir melawan Madura United, Robert Rene Alberts justru salah langkah saat unggul, dengan mengganti Ezra Walian yang pada babak pertama mampu bermain cukup baik dalam hal pembagian bola. 

"Pergantian Ezra kemarin bukan hanya saya tapi beberapa pengamat pun menilai aneh, apalagi Ezra di gantikan Dedi Kusnandar dengan niat mengamankan keunggulan dengan bermain bertahan. Seharusnya Persib menambah pemain bertipe menyerang untuk menambah keunggulan dan memastikan kemenangan," ujarnya.

Bahkan, terbukti dengan masuknya Dedi Kusnandar justru menyisakan celah di lini tengah dan lini depan yang sebelumnya di babak pertama tidak terjadi.

Menurutnya yang seharusnya dilakukan pergantian adalah bek sayap kanan yang dimainkan Bayu Fiqri, karena beberapa kali posisinya mampu ditembus dan dieksploitasi lawan baik di babak pertama maupun babak kedua.

"Di sinilah, kita lihat Robert Rene Alberts mulai berubah dibandingkan musim lalu, seolah dirinya tidak siap dalam menghadapi musim ini. Padahal secara masa persiapan tim menuju kompetisi Liga 1 ini, dirinya selalu menyebut adalah masa yang ideal, tapi justru hasilnya sejauh ini belum memuaskan," katanya.

Berdasarkan penelusuran Tribunjabar.id, beberapa pelatih top di kompetisi sepakbola tertinggi di tanah air pun terpaksa menanggalkan jabatannya karena besarnya kekecewaan dan desakan bobotoh, di antaranya Risnandar Soendoro (2006) menyusul dua kekalahan beruntun di kandang Maung Bandung.

Kemudian Arcan Iurie (2007) yang dipaksa mundur karena tidak berhasil mengangkat performa Persib Bandung yang melorot di papan bawah klasemen.

Jaya Hartono (2010) memilih mundur sesaat sebelum tim bertanding Persita Tangerang dalam ajang Piala Indonesia, alasannya, karena mendapat tekanan manajemen untuk menanggalkan jabatannya.

Nasib tragis justru dialami Daniel Darko Janackovic (2010), Ia justru diminta mundur sebelum menjalani debutnya di Liga 1.

Bahkan permintaan mundurnya bukan hanya dari bobotoh namun juga manajemen, yang merasa tidak yakin dengan kemampuan pelatih asal Serbia tersebut.

Dejan Antonic (2016). Pelatih asal Serbia ini mundur karena tekanan bobotoh, terutama setelah mengalami kekalahan dari Bhayangkara FC, 1-4 pada ajang Indonesia Soccer Championship 2016.

Terakhir Djajang Nurjaman (2017). Putra daerah yang mampu mengantarkan Persib Bandung juara ISL 2014 dan Piala Presiden 2015 tersebut, justru mengalami nasib antiklimaks.

Saat itu, Persib Bandung posisi tim Maung Bandung merosot ke urutan 11.

Akibatnya, bobotoh pun meneriakkan #Djanurout.

Kritikan pedas dan tajam terhadap terdengar sampai ke keluarganya.

Sejak saat itu, Djanur pun memutuskan mundur setelah didesak keluarga, akibat tidak tahan mendengar caci maki bobotoh lewat media sosial dan secara langsung kepada pelatih kelahiran Majalengka, 30 Maret 1959 tersebut. (Laporan wartawan Tribunjabar.id, Cipta Permana.).

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved