Koalisi Gerindra-PKB Optimistis Menyatukan Suara Warga Nahdliyin dan Kekuatan Nasionalis
Dengan koalisi Gerindra-PKB optimistis dapat menyatukan suara Warga Nahdliyin dan kekuatan nasionalis
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Komunikasi politik yang kian intens antara Partai Gerindra dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai akan meraup suara nahdliyin jika hubungan ini berujung pada koalisi, serta jika PKB mampu merangkul semua kelompok dan elemen Nahdlatul Ulama (NU), baik struktural maupun kultural.
Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Jawa Barat, Ihsanudin, mengatakan potensi suara nahdliyin sangatlah besar di Indonesia. Karenanya, PKB sebagai partai yang tengah menjalin komunikasi menuju koalisi dengan Gerindra, harus menjadi jembatan dengan kalangan nahdliyin.
Ihsanudin yang juga Wakil Ketua PW GP Ansor Jabar ini mengatakan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, harus merangkul semua struktur NU termasuk kelompok-kelompok kulturalnya.
Ia mengatakan sampai saat ini, partai yang paling dekat dengan kalangan NU di antaranya memang PKB.
Komunikasi, katanya, harus dijalankan secara baik dengan struktur Pengurus Besar NU sendiri di bawah kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf, kelompok pengagum pemikiran Abdurrahman Wahid atau GUSDURian di bawah Yenny Wahid, sampai Muslimat NU yang diketuai Khofifah Indar Parawansa.
"Apabila PKB mau serius berkoalisi dengan Gerindra dan menang pada Pilpres 2024, prasyaratnya Cak Imin harus sowan ke Ketum PBNU dan memohon dukungan Gus Yahya, selanjutnya bersilaturrahim ke keluarga Gusdur, Mbak Yenny Wahid, agar hubungan bisa lebih membaik dan saling memberikan support, juga meminta dukungan Ketum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, sang penggerak emak-emak militan NU," kata Ihsanudin yang juga aktif PP Gerakan Pemuda Ansor ini, Rabu (27/7).
Ihsanudin mengatakan pihaknya tidak mengharapkan lagi adanya saling "berbalas pantun" Muhaimin Iskandar dengan para petinggi NU. Jangan sampai, katanya, potensi suara nahdliyin yang bisa dirangkul oleh Gerindra dan PKB pada Pilpres 2022 malah tidak terealisasi secara optimal.
"Secara gentleman Cak Imin harus sowan dan memohon dukungan kepada keluarga besar NU. Sebab, mereka bertiga, yakni Gus Yahya, Mbak Yenny dan Mbak Khofifah adalah kunci kesatuan suara nahdliyin. Atau bisa juga PKB menawarkan nama-nama cawapres lainnya dari internal NU sebagai alternatif, seperti Mbak Khofifah, Mas Erick Tohir, atau pun Gus Yaqut (Menteri Agama RI), agar kekuatan dan potensi besar ini bisa berbuah kemenangan," kata Ihsanudin.
Ia mengatakan hubungan yang kian mesra antara Gerindra dengan PKB terjadi setelah pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar pertengahan Juni 2022 lalu.
Sesuai rencananya, pada 13 Agustus 2022 mendatang akan digelar Rapimnas Partai Gerindra, sekaligus deklarasi capres RI, Prabowo Subianto dan kerjasama Gerindra-PKB.
"Menjelang Rapimnas Gerindra ini kami semakin optimistis sebab dukungan dari kekuatan nasionalis telah bersatu-padu demi kemenangan Prabowo Subianto. Begitu pula kekompakan warga nahdliyin sehingga menguatkan koalisi Gerindra-PKB," tuturnya.
Gerindra sendiri, kata Ihsanudin, sudah memiliki modal besar suara, di antaranya suara untuk Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, saat Pilpres 2019 lalu.
Gerindra Jabar dan provinsi lainnya pun sudah bulat memohon Prabowo Subianto menjadi calon presiden pada Pilpres 2024.
"Gagasan ini sekedar masukan dari kami buat para petinggi partai agar pergerakan politik lebih efektif dan kemenangan menjadi kenyataan," tutur Ihsanudin yang juga Anggota DPRD Provinsi Jabar ini.
