Cerita WNI di Swiss Soal Sungai Aare yang Dingin dan Bisa Menenggelamkan

Emmeril Kahn anak Ridwan Kamil belum ditemukan hingga Rabu (1/6/2022) sejak hilang di Sungai Aare, Bern, Swiss, pada Kamis (26/5/2022).

Editor: Mega Nugraha
Istimewa
Ridwan Kamil tampak berada di sisi Sungai Aare bersama polisi di Swiss mencari Emmeril Kahn. 

TRIBUNJABAR.ID- Emmeril Kahn anak Ridwan Kamil belum ditemukan hingga Rabu (1/6/2022) sejak hilang di Sungai Aare, Bern, Swiss, pada Kamis (26/5/2022).

Ridwan Kamil dan istri, Atalia Praratya, orangtua Emmeril Kahn masih di Swiss, menantikan hasil pencarian Emmeril Kahn.

Warga Negara Indonesia (WNI) di Swiss, Resa Siagian yang sudah tinggal di Swiss selama 11 tahun mengatakan, air dingin jadi penyebab wisatawan rawan kecelakaan tenggelam di Sungai Aare.

“Saat suhu air itu masih dingin, jika kita berenang, kaki kita itu bisa keram. Jadi itu menyebabkan kita tidak bisa berenang lagi alias tenggelam,” kata Resa kepada Kompas.TV, Selasa (31/5/2022).

Duta Besar RI untuk Swiss Muliaman D. Hadad menyatakan bahwa menurut kepolisian Swiss, kebanyakan korban tenggelam di Sungai Aare ditemukan setelah tiga pekan.

Baca juga: Pria yang Peluk Ridwan Kamil di Bern Ada di Lokasi Kejadian saat Emmeril Kahn Hanyut di Sungai

Dia juga sempat menyebut bahwa suhu air di Sungai Aare pada hari kejadian mencapai 16 derajat celcius. Dengan suhu air sungai yang dingin, itu membahayakan wisatawan yang berenang.

“Kalau kita tenggelam, pencariannya bisa sampai tiga minggu. Karena di sungai itu tidak hanya arusnya terlalu deras, tetapi di bawah banyak pusaran air yang tidak kita ketahui. Dan juga di bawah itu banyak batu-batuan yang besar-besar,” kata Resa.

Ia menduga banyak wisatawan yang tenggelam dan tersangkut di batu. Hal ini membuat tubuh tak bisa mengambang sehingga sulit ditemukan.

Juru Bicara Kepolisian Kota Bern Swiss, Magdalena Rast, ada sejumlah karakteristik Sungai Aare yang menyulitkan pencarian Eril.

Arus sungai di bagian permukaan terbilang kencang, sementara di bagian tengah sungai kerap ada pusaran air yang terbentuk alami, sehingga lokasi pusaran tidak tentu.

"Kendala ini tidak tampak di permukaan," ujar Magdalena dikutip dari Kompas.TV pada Rabu (1/6/2022).

Suhu air yang dingin, menurut dia, bisa membuat perenang mengalami mulai dari kram hingga hipotermia.

Meskipun dalam tiap kasus orang hanyut di Sungai Aare, kasusnya berbeda-beda.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Penjelasan WNI yang Tinggal di Swiss Mengenai Sungai Aare yang Kerap Menyulitkan Perenang,

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved