Dapat Amanah dari Kemenag, Peneliti Unisba Turut Memantau Hilal Selama 22 Menit, Begini Hasilnya
Fakultas Syariah bekerja sama dengan Bagian Peningkatan Ruhul Islam dan Pengelolaan Masjid Unisba, BHRD Jabar, Kemenag Jabar, melakukan pemantauan Ruk
Penulis: Cipta Permana | Editor: Darajat Arianto
Laporan wartawan Tribunjabar.id, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Fakultas Syariah bekerja sama dengan Bagian Peningkatan Ruhul Islam dan Pengelolaan Masjid Unisba, Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Provinsi Jawa Barat, dan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, melakukan pemantauan Rukhiyatul Hilal, di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba.
Lokasi tersebut berada di rooftop Gedung Fakultas Kedokteran Unisba, dengan koordinat tempat Lintang -6˚54’12” LS, Bujur 107˚36’32” BT, dan ketinggian tempatnya 750 Meter diatas permukaan laut, yang menjadi salah satu titik pemantauan dari 99 titik yang ditunjuk oleh Kementerian Agama RI.
Rektor Unisba Prof Edi Setiadi mengatakan, bahwa pelaksanaan pemantauan Rukhiyatul Hilal ini selain mendapat amanah dari Kementerian Agama RI, namun juga wujud kontribusi Unisba dalam melaksanakan Tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat.
"Para petugas yang terlibat dalam proses pemantauan Rukhiyatul Hilal ini, telah disumpah, sehingga wajib memegang amanah dan mempertanggungjawabkan proses hingga temuan hasil tersebut sebaik-baiknya, serta memberikan informasi sebenar-benarnya atas apa yang dilakukannya," ujarnya saat ditemui di lokasi pemantauan Rukhiyatul Hilal di Observatorium Unisba, Minggu (1/5/2022).
Sementara itu, Kepala Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, Encep Abdul Rojak, mengatakan, dari pengamatan hilal untuk 1 Syawal 1443 H, dimulai pada pukul 17.42 WIB, dengan lama pengamatan 22 menit, karena matahari akan terbenam pada pukul 18.04 WIB.
Disamping itu, berdasarkan data-data kegiatan Toposentris Ijtimak atau konjungsi, dimana posisi Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis astronomis.
Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut Umur bulan/hilal sekitar 15 jam 24 menit.
Encep menjelaskan, berdasarkan pengamatan Rukhiyatul Hilal yang dilakukan selama 22 menit, para peneliti tidak berhasil melihat hilal.
Hal ini disebabkan karena faktor cuaca Kota Bandung dan sekitarnya yang mendung meski tidak turun hujan.
Bahkan menurutnya, peneliti sudah melakukan pembesaran sebanyak 56 kali pada alat teropong untuk menemukan hilal. Namun, awan tebal membuat peneliti kesulitan melihat hilal.
"Selama 22 menit pengamatan, tim tidak menemukan hilal karena cuaca saat ini yang kurang bersahabat yang mengakibatkan hilal tidak terlihat," ujarnya usai kegiatan pemantauan Rukhiyatul Hilal di Observatorium Albiruni Unisba, Minggu, (1/5/2022).
Encep menuturkan, beberapa wilayah yang berhasil melihat hilal di antaranya Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Gresik, Jawa Timur. Sehingga dimungkinkan hasil pemantauan di dua lokasi tersebut akan diterima oleh Kemenag.
Apalagi, lanjutnya untuk pengamatan di NTT, peneliti disana berhasil melihat citra yang besar kemungkinan 1 Syawal 1443 Hijriah akan jatuh pada Senin (2/5).