Soal Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai, Dedi Mulyadi : Supplier Makin Untung, Petani Tetap Buntung

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menyoroti pembagian Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang diterima oleh masyarakat

Editor: Ichsan
dok.dedi
Soal Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai, Dedi Mulyadi : Supplier Makin Untung, Petani Tetap Buntung 

TRIBUNJABAR.ID - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menyoroti pembagian Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang diterima oleh masyarakat yang terdaftar sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) malah menguntungkan sejumlah supplier atau pemasok bermodal besar.

Salah satunya yang terjadi di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta. Saat itu Dedi yang sedang melakukan reses untuk memantau penyerapan produk pertanian lokal melihat ada antrean pembagian paket yang ditujukan untuk KPM.

Di lokasi tersebut warga antre untuk mendapatkan paket berisi kebutuhan bahan pokok berupa 10 butir telur, 3 buah apel, sebungkus kacang mentah, 3 buah kentang, seperempat daging dan sekarung beras berisi 10 kg.

Dari keterangan petugas yang membagikan paket, barang-barang tersebut di-drop oleh supplier. Kemudian paket tersebut diberikan seragam kepada KPM sebagai bentuk pencairan BPNT dari pemerintah.

Baca juga: Siasati Harga Daging Sapi Naik, Dedi Mulyadi Sarankan Warga Budaya Ternak Skala Rumah Tangga

“Kalau semua di-drop dari agen, ekonomi yang berputar di sininya apa? Kan tujuannya itu orang diberi Rp 200 ribu agar uangnya muter di sini, beli beras dari desa sini, telur dari sini, ikan dari sini, sehingga ekonomi muter. Kalau begini mah yang kaya agen supplier,” kata Kang Dedi.

Salah seorang KPM, Nyai mengatakan, selama ini ia memegang kartu ATM sendiri namun pencairan harus dilakukan oleh pihak desa. Nantinya pihak desa yang mencairkan dan ia tinggal mengambil paket bantuan di tempat yang telah ditentukan.

“Digesek (Kartu Keluarga Sejahtera) tiga hari baru saya terima barang. Saya langsung terima saja dari desa. Soalnya yang gesek sendiri tidak dapat lagi (bantuan),” ucap Nyai.

“Kenapa gak belanja sendiri? Kan ibu bisa beli makanan sendiri ke warung sesuai kebutuhan, terpenting memenuhi standar gizi. Kalau begini mah (bentuk paket) yang untung agen,” tanya Dedi.

“Orang-orang ngegesek sendiri kosong kartunya. Kalau seneng mah, kalau boleh belanja sendiri ke warung,” jawab Nyai.

Tak sampai di situ, Kang Dedi pun mengajak Nyai untuk mengecek langsung harga paket yang didapat ke salah satu warung. Hasilnya ada sekitar Rp 20-30 ribu selisih dari harga dan uang yang seharusnya menjadi hak KPM dari paket tersebut.

“Tadi kan sudah dicek di warung ada selisih sekitar Rp 22.500. Itu cek di warung bukan di grosir atau agen yang pasti lebih murah. Kalau di supplier atau agen mungkin ada keuntungan sekitar Rp 50 ribu dalam satu paket,” kata Kang Dedi.

Baca juga: Tempuh Perjalanan 7 Jam, Bocah Penderita Tulang Rapuh Dapat Bantuan Pengobatan dari Dedi Mulyadi

Menurut Kang Dedi Mulyadi tujuan dari pemberian bantuan tersebut salah satunya adalah memberdayakan ekonomi sekitar agar terus hidup. Seperti membeli telur, ayam, daging, sayuran, telur, buah-buahan dari petani di desa sekitar.

“Sehingga produk pertanian di sini terserap. Salah satu tugas saya di Komisi IV DPR RI adalah memastikan produk pertanian terserap dan harga tidak jatuh, salah satunya dengan pemberdayaan ekonomi lokal,” katanya.

Dari hasil penelusuran Dedi paket tersebut didapat dari seorang supplier atau agen yang berasal dari Subang. Sementara pemilik warung atau toko di desa hanya mendapat drop barang dan keuntungan Rp 9 ribu per PKM.

“Kalau seperti ini mah tidak ada perputaran ekonomi di desa. Jadi supplier semakin untung, petani tetap buntung,” ujar Kang Dedi Mulyadi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved