Jangan Sampai Menyesal, Sempatkan Berbagi Walaupun Sebutir Kurma
KITA telah berada di bulan yang sangat agung, bulan yang diberkahi Allah SWT, bulan yang di dalamnya ada 1 malam yang nilainya lebih dari seribu bulan
TRIBUNJABAR.ID,- KITA telah berada di bulan yang sangat agung, bulan yang diberkahi Allah SWT, bulan yang di dalamnya ada 1 malam yang nilainya lebih dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa sebagai kewajiban dalam bulan Ramadan, dan menunaikan ibadah malamnya adalah ibadah sunah bernilai tinggi, dan siapapun yang melakukan satu kebajikan yang sunah di bulan Ramadan maka seperti menunaikan kewajiban di bulan yang lain.
Sudah setengah bulan telah kita jalani, berbagai amal baik telah kita lakukan demi mendulang pahala di bulan Ramadan ini, baik itu ibadah mahdhah atau ghairul mahdhah. Salah satunya membiasakan berbagi kebaikan di bulan suci ini.
Nabi SAW bersabda, ”Siapapun pada bulan Ramadhan memberikan hidangan makanan seseorang ketika berbuka, maka dia dengan amalnya tersebut, mendapatkan ampunan dari dosa-dosanya, dibebaskan dari api neraka, dan mendapat pahala dari orang yang dia beri makan, tanpa mengurangi pahala orang tersebut sedikitpun.”
Bahwa suatu kesempatan emas bagi kita untuk bisa menjaga kita, juga keluarga dan saudara terdekat kita dari api neraka, dengan berbagi, salah satunya berbagi rezeki kepada sesama muslim yang berpuasa.
Kita perlu meneladani sahabat Rosul Bernama Abu Thalhah, yang pernah bersedekah kepada tamu Rosul, padahal diam-diam ia sendiri dalam keadaan sulit.
Tamu Rosul ini datang dari jauh, dengan keadaan butuh tempat tidur, perbekalan habis sehingga membutuhkan makan malam. Rasul enggan menolak meskipun belum bisa menjamu tamu tersebut, maka Rosulullah membawa tamu tersebut kepada para para sahabat di masjid dan bertanya siapa yang bisa menjamu tamunya, meskipun Rosul tahu bahwa di antara para sahabatnya tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan untuk tamu. Lantas ada satu orang yang mengangkat tangannya, Abu Thalhah, suami dari Ummu Sulaim, dua orang sahabat Rosulullah yang diberkahi dan diridhoi Allah SWT.
Ketika menemui istrinya di rumah, ternyata Abu Thalhah mendapati di rumahnya hanya ada sedikit makanan, itu pun untuk anak mereka. Lantas Abu thalhah menyuruh istrinya untuk melengahkan anak-anaknya hingga mereka tertidur, sehingga jatah makan bisa disajikan kepada tamu Rosulullah.
Setelah anak-anak mereka tertidur, ternyata makanan tak cukup untuk mereka bertiga, Abu Thalhah meminta izin kepad atamu untuk mematikan lampu dengan alasan tidak memiliki minyak. Dalam gelap, tamu tersebut makan dengan lahap, sementara Abu Thalhah dan istrinya mengerik piring kosong sehingga terdengar seperti sedang makan. Tak ada yang tahu kecuali tuan rumah, dan tentu Rabbnya
Lantas Allah menceritakan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, atas apa yang dilakukan sepasang suami istri tersebut. Usai shalat subuh nabi SAW berkata kepada Abu Thalhah, “Sungguh Allah takjub atas apa yang kalian lakukan tadi malam kepad tamu kalian”. MasyaAllaah Allah ridho, berkasih sayang kepada keluarga Abu Thalhah.
Dari kejadian tersebut, Rosulullah hanya ingin sahabatnya mempunyai jiwa pemberi, dengan keadaan yang apa adanya. Inilah pola pikir yang Rosulullah diharapkan pada umat Islam. Pada momentum bulan penuh berkah ini, semoga kita bisa banyak meneladani dari kejadian sahabat Rosul di atas tadi.
Memberi makan tak harus makanan besar. Menurut Imam Nawawi, memberi buka hanya seteguk air atau satu biji kurma pun sudah termasuk berpahala. Sebagaimana Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Khuzaimah dari Salman.
''Barangsiapa memberi buka orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, maka amalnya itu sebagai ampunan atas dosanya, membebaskannya dari api neraka, dan ia mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu.”
Sebiji kurma yang dimaksud bisa dimaknai, amalan sedekah tidak melulu dengan jumlah yang banyak dan mahal, tetapi bisa juga dengan hal-hal kecil disertai dengan keikhlasan. Bila tidak memiliki harta untuk disedekahkan, maka cukup dengan menjaga ucapan yang baik-baik atau dengan senyuman.
Kita telah terbiasa bahkan sudah menjadi budaya saat Ramadan tiba, memberi takjil di jalan-jalan, di masjid, atau kepada anak yatim. Namun, momentum puasa selama satu bulan ini menjadi ajang latihan untuk kita lebih peka lagi, membiasakan hal-hal baik tersebut dilakukan usai bulan Ramadan.
Ramadan mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang suka memberi atau membantu sesamanya. Kita yang pada bulan ini belajar untuk berbagi makanan bagi mereka yang berpuasa, harus trus dilakukan jika Ramadan usai.
Sebelum Ramadan usai, jangan sampai akhirnya kita menyesal tidak memaksimalkan bulan ini untuk terus berbagi kebaikan, tidak hanya berbagi makanan, kita juga bisa membeli makanan pada pedagang yang sepi pembeli pada sore hari di jalan-jalan, membeli makanan saat di perjalanan dari pedagang asongan. Ramadan belum usai, mari kita berlari mengejar berkah, bergandeng saling membantu saudara-saudara kita, sehingga kita pun menjadi salah satu yang diridhoi Allah SWT seperti sahabat Rosul, Abu Thalhah.