Ramadan 1443 H
Metode Salat Tarawih agar Tak Lupa Rakaat dan Bacaan, Baca Berurut Surat-surat Pendek Al Quran ini
Sebagian muslim memilih salat tarawih sendiri di rumah terkadang mendapati kendala lupa rakaat hingga lupa bacaan, simak metode salat tarawih
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Hilda Rubiah
TRIBUNJABAR.ID - Selama bulan Ramadan, umat muslim mengerjakan salat tarawih, baik berjemaah atau sendiri di rumah.
Bagi sebagian muslim lebih memilih salat berjemaah karena bacaan dituntun dan dipandu oleh Imam.
Ada juga muslim yang memilih salat tarawih sendiri di rumah dengan alasan lebih nyaman dan agar salat lebih khusyuk.
Kendati begitu, salat tarawih sendiri terkadang juga mendapati kendala.
Berbeda dari salat sunah biasanya, salat tarawih lebih banyak rakaatnya.
Ada banyak surat-surat Al Quran yang dibaca saat salat tarawih.
Oleh karena itu dengan jumlah rakaat yang lebih banyak terkadang membuat lupa rakaat hingga lupa bacaan.
Baca juga: Doa Sesudah Salat Witir Tarawih di Bulan Ramadan termasuk Doa Kamilin Huruf Latin Beserta Artinya
Untuk mengantisipasi hal itu terjadi, sahabat muslim dapat mengunakan metode.
Sebenarnya ada motode agar tak lupa bacaan salat tarawih.
Yakni membaca surat-surat pendek dengan metode terpola dan berurutan.
Semisal dimulai dari membaca surat Al Ikhlas atau surat An Nas dan Al Falaq.
Kemudian untuk rakaat kedua membaca surat At Takatsur hingga surat Al Lahab.
Seterusnya pola mengikuti urutan surat-surat pendek atau juz amma dalam Al Quran.

Bacaan surat-surat Al Quran yang dibaca saat salat tarawih
Pada dasarnya dalam pelaksanaan salat tarawih dapat bacaan surat apapun dalam Al Quran.
Semua surat dalam Al Quran mengandung pahala pokok.
Dikutip dari tribunkaltim, ada pula sebagian yang membaca satu halaman Al Quran di setiap rakaatnya.
Urutan mulai dari awal surat Al Baqarah hingga surat ke 30 puluh (bagi yang mampu).
Teknis atau metode ini disebut sebagai tajziah (membaca satu juz) di setiap hari pelaksanaan salat tarawih.
Dilakukannya metode ini supaya di akhir Ramadhan bisa khatam hingga surat An Nas.
Syekh Ibrahim al-Bajuri mengatakan:
وَفِعْلُهَا بِالْقُرْآنِ فِيْ جَمِيْعِ الشَّهْرِ بِأَنْ يَقْرَأَ كُلَّ لَيْلَةٍ جُزْأً أَفْضَلُ مِنْ تَكْرِيْرِ سُوْرَةِ الرَّحْمَنِ أَوْ هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ أَوْ سُوْرَةِ الْإِخْلَاصِ بَعْدَ كُلِّ سُوْرَةٍ مِنَ التَّكَاثُرِ إِلَى الْمَسَدِّ كَمَا اعْتَادَهُ أَهْلُ مِصْرَ
“Dan melaksanakan tarawih di keseluruhan bulan (Ramadhan), dengan membaca satu juz di setiap malam, lebih utama daripada mengulang-ulang Surat ar-Rahman atau Hal Atâ ‘alal Insan atau Surat al-Ikhlas setelah masing-masing surat mulai dari at-Takatsur sampai al-Masad seperti yang ditradisikan penduduk Mesir,” (Syekh Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri ‘Ala Ibni Qasim, juz 1, hal. 260).
Syekh Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan landasan keutamaan tajziah dalam al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra sebagai berikut:
وَقَدْ أَفْتَى ابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ وَابْنُ الصَّلَاحِ وَغَيْرُهُمَا بِأَنَّ قِرَاءَةَ الْقَدْرِ الْمُعْتَادِ فِي التَّرَاوِيحِ هُوَ التَّجْزِئَةُ الْمَعْرُوفَةُ بِحَيْثُ يُخْتَمُ الْقُرْآنُ جَمِيعُهُ فِي الشَّهْرِ أَوْلَى مِنْ سُورَةٍ قَصِيرَةٍ وَعَلَّلُوهُ بِأَنَّ السُّنَّةَ الْقِيَامُ فِيهَا بِجَمِيعِ الْقُرْآنِ، وَاقْتَضَاهُ كَلَامُ الْمَجْمُوعِ وَاعْتَمَدَ ذَلِكَ الْإِسْنَوِيُّ وَغَيْرُهُ
“Syekh Ibnu Abdissalam, Syekh Ibnus Shalah, dan lainnya berfatwa bahwa membaca kadar bacaan yang ditradisikan di dalam tarawih yang dikenal dengan tajziah, dengan mengkhatamkan keseluruhan Al-Qur’an di dalam satu bulan, lebih utama daripada membaca surat pendek. Para ulama memberikan alasan bahwa kesunnahan di dalam tarawih adalah membaca keseluruhan Al-Qur’an. Hal ini seperti yang ditunjukan oleh statemennya kitab al-Majmu’, dipegangi pula oleh Imam al-Asnawi dan lainnya,” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra, juz 1, hal. 184).
Baca juga: Lupa Rakaat ketika Shalat, Sujud Sahwi Lalu Baca Doa ini, Berikut Tata Caranya Diajarkan Rasulullah
Adapun tradisi-tradisi yang berbeda dengan metode tajziah ini, tidak bisa dihukumi makruh, apalagi haram.
Sebab tidak ada larangan khusus dari syariat yang mencegahnya.
Hal ini sebagaimana penegasan Syekh Ibnu Hajar tentang tradisi pengulangan Surat al-Ikhlas di setiap rakaat tarawih.
Kata beliau, tradisi tersebut tidak disunnahkan, namun tidak pula dikatakan makruh.
Ulama yang dikenal sangat tajam daya analisisnya tersebut menegaskan dalam himpunan fatwanya sebagai berikut:
تَكْرِيرُ قِرَاءَةِ سُورَةِ الْإِخْلَاصِ أَوْ غَيْرِهَا فِي رَكْعَةٍ أَوْ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْ التَّرَاوِيحِ لَيْسَ بِسُنَّةٍ، وَلَا يُقَالُ: مَكْرُوهٌ عَلَى قَوَاعِدِنَا. لِأَنَّهُ لَمْ يَرِدْ فِيهِ نَهْيٌ مَخْصُوصٌ
“Mengulang-ulang bacaan surat al-Ikhlas atau lainnya di dalam satu rakaat atau setiap rakaat tarawih tidak sunnah, tidak pula dikatakan makruh sesuai kaidah-kaidah kami, sebab di dalamnya tidak ada larangan khusus” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra, juz 1, hal. 184).
Demikian penjelasan mengenai bacaan Al Quran yang dianjurkan di dalam salat tarawih.
Banyak ragam “ijtihad” para masyayikh dan kiai dalam memilih bacaan surat salat tarawih.
Demikian metode di atas hanya saran dan dapat digunakan semampunya dalam melaksanakan salat tarawih.
Terlebih bagi kalangan masyarakat belum purna hafal surat-surat Al Quran maka dapat membaca surat-surat pendek.
Demikian itulah beberapa metode salat tarawih agar tak lupa rakaat dan tak lupa bacaan.
Baca juga: 10 Pahala Melimpah Mengerjakan Salat Duha di Bulan Ramadan Wasiat Rasulullah SAW, Ini Keutamaannya
Bacaan niat salat tarawih
1. Niat salat Tarawih Berjemaah – 2 rakaat
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat taraawiihi rak’ataini mustaqbilal qiblati ma’muman lillahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat Salat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta’ala."
2. Niat Salat Tarawih Sendiri (Munfarid) – 2 rakaat
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Usholli sunnatattarowihi rok’ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala
Artinya: “Aku niat Salat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”
3. Niat Salat Tarawih sebagai Imam – 2 rakaat
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Ushollii sunnatat-taraawiihi rok’ataini mustaqbilal qiblati imaaman lillaahi ta’alaa
Artinya: “Saya niat salat sunnah tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta’ala.”
4. Niat Salat Witir – 1 rakaat
اُصَلِّى سُنًّةَ الْوِتْرِرَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًاِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatal witri rok ‘atan mustaqbilal qiblati adaa’an (ma’muman / imaman) lillaahi ta’alaa
Artinya: “Saya niat salat witir satu rakaat menghadap qiblat menjadi makmum karena Allah ta’alaa.”
5. Niat Salat Witir – 3 rakaat
اُصَلِّى سُنًّةَ الْوِتْرِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatal witri tsalaasa roka’aatin mustaqbilal qiblati adaa’an (ma’muman/imaman) lillaahi ta’alaa
Artinya: “Saya berniat salat witir tiga rakaat menghadap kiblat menjadi (ma’muman/imaman) karena Allah ta’alaa."