SOAL Unjuk Rasa Mantan Aktivis 98 Sebut Mahasiswa Perlu Sikapi Krisis Politik, Ekonomi dan Kekuasaan

Gerakan reformasi 1998 lahir dari sebuah kesadaran betapa pentingnya membatasi kekuasaan. Kondisi saat ini terlihat rakyat semakin alami kesulitan

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/MUHAMAD NANDRI PRILATAMA
Para aktivis reformasi 1998. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gerakan reformasi 1998 lahir dari sebuah kesadaran betapa pentingnya membatasi kekuasaan.

Kondisi saat ini terlihat rakyat semakin alami kesulitan dalam berbagai sendi kehidupan, seperti harga-harga kebutuhan pokok merangkak naik, harga bahan bakar menanjak, dan antrean minyak goreng di mana-mana.

Kini, mahasiswa dan civil society sebagai bagian dari semangat historis menjaga demokrasi berjalan pada relnya yang justru ditanggapi sinis dan represif.

Salah satu aktivis 98 Jabar dari Unpad, Eko Arif Nugroho bersama kawan-kawan seperjuangannya pun memandang perlu adanya sikap dari menimbang krisis politik dan ekonomi yang terjadi sekarang.

Eko menyebut perlu adanya penolakan pada penundaan pemilu 2024 dan penambahan periodesasi jabatan presiden menjadi 3 periode.

Kemudian mengimbau pemerintah dan partai politik untuk fokus pada penyelesaian kondisi ekonomi yang karut marut akibat kenaikan harga bahan pokok dan bahan bakar.

Serta mendukung gerakan mahasiswa angkatan 2022 untuk memperhebat perjuangan dalam menegakkan reformasi di Indonesia.

"Semangat mereka (mahasiswa) cukuplah tinggi, karena ada aksi di sejumlah tempat daerah akhir-akhir ini. Mereka dipersatukan oleh isu yang sama. Mereka sebagai agen perubahan sosial tentunya ingin berjuang dan menuntut kepada pemerintah untuk bersikap pro rakyat," katanya saat dihubungi, Minggu (10/4/2022).

Dia pun menegaskan aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa ini tak ada yang menunggangi baik oleh elit partai, atau tokoh lainnya.

"Ya kalau ada yang menunggangi pasti demo atau unjuk rasa akan berhenti saat itu juga. Tapi ini kan nyatanya enggak dan justru berlanjut bahkan ada yang katanya mulai 11 April sampai 15 April 2022. Saya sih melihatnya lebih kepada mereka memperjuangkan terhadap isu yang sama yang membuat semangat perjuangan mereka meningkat," ujarnya.

Dia berharap Presiden Joko Widodo untuk bisa bersikap tegas mengatakan bahwa dirinya menolak untuk perpanjangan masa jabatan menjadi tiga periode dan menindak menteri-menteri yang membuat gaduh.

"Soal BBM, minyak goreng, dan lainnya itu kan karena ada menteri-menterinya yang membuat gaduh. Jadi, presiden harus sikap tegas dan menolak tiga periode dan menurunkan harga-harga yang naik ini. Kalau perlu ganti menteri yang biasa buat gaduh," katanya.

Dia pun memprediksi unjuk rasa mahasiswa 2022 ini bakal bisa lebih besar dibandingkan 1998.

Namun, hal itu bergantung pada mahasiswa bisa atau tidak mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.

"Tentu unjuk rasa 2022 ini secara moral kuat banget dan bisa lebih besar dari 1998. Dulu (1998) kan perlawanannya lebih ke fisik. Nah, zaman sekarang kemungkinan perlawanannya lewat teknologi misal peretasan atau bisa saja takedown whatsapp sehingga tak bisa berkomunikasi mahasiswanya. Dan selalu ada saja pembelokan isu mahasiswa dengan mengaitkannya terhadap kelompok kanan yang menjadi musuh pemerintah, sebut saja HTI atau FPI, sehingga sentimen publik terbelah padahal pergerakan mahasiswa sekarang murni moral," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved