Cerita Peternak Kambing di Pangandaran, Anggap Ternaknya Mesin ATM yang Mampu Cukupi Kebutuhan

Salah satu peternak di Pangandaran, sehari-hari merawat kambing dan menganggapnya sebagai mesin anjungan tunai mandiri (ATM) untuk mencukupi kebutuhan

Penulis: Padna | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/PADNA
Suhatno (51), peternak kambing di Desa Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Salah satu peternak di Pangandaran, sehari-hari merawat kambing dan menganggapnya sebagai mesin anjungan tunai mandiri (ATM) untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Seorang peternak ini bernama Suhatno (51) warga RT 3/2 Dusun Tarisi, Desa Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Suhatno, sudah selama tiga tahun menjadi peternak kambing, dan kini memiliki 18 ekor kambing. Selain berternak kambing, hari-hari Suhatno juga seorang petani.

Pertama Ia memilih berternak kambing, karena tergiur dari keuntungan hasil berternaknya.

Awalnya, Suhatno berternak satu ekor kambing namun karena memperhitungkan waktu untuk merawatnya Ia menambah lagi menjadi lima ekor.

"Karena, perhitungannya waktu untuk mencari pakan rumput untuk satu ekor kambing itu sama dengan lima ekor kambing. Jadi, setiap hari waktu untuk mencari rumputnya sama, membutuhkan waktu setengah hari," ujar Suhatno saat ditemui Tribunjabar.id di kandang kambingnya, Minggu (10/4/2022) siang.

Dan menurutnya, menjual kambing itu tidak ada musim harga yang baik. Ia menganggap kambing peliharaannya sebagai mesin ATM.

"Jadi, semua musim itu baik tidak ada bulan yang bagus untuk menjual. Saya anggapnya mesin ATM saja maksudnya kalau Saya butuh buat sekolah anak atau lainnya kan tinggal jual," katanya.

Memang, bagusnya itu dijualnya diwaktu bulan haji (Dzulhijjah) saat orang lain butuh untuk kurban. Jadi, harganya bisa lebih tinggi.

"Tapi, kan hanya kambing jantan saja yang harganya bagus kalau kambing yang betina itu sama saja. Jadi, bulan haji juga gak berpengaruh. Makanya, saya anggap seperti ATM saja, kalau butuh tinggal menjual," ucap Ia.

Ia mengatakan, dalam setahun kemarin pada tahun 2021 Ia sudah menjual 10 ekor dan kalau dihitung mungkin sekitar Rp 15 juta

"Karena, setiap satu ekor kambing harganya berbeda beda. Kalau betina, harganya ada yang Rp 1,3 juta, ada yang harganya Rp 1,5 juta dan kalau pejantan ada yang mencapai Rp 2,5 juta, tergantung kualitasnya juga."

"Sisa menjual tahun kemarin 2021, sekarang masih ada sekitar 18 ekor lagi," kata Suhatno. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved