Keluarga Calon TKI Asal Indramayu yang Terlantar di Kamboja Datangi ke SBMI, Berharap Ini
para korban tersebut diduga menjadi korban penyaluran unprosedural hingga diduga kuat sebagai korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Para kelurga korban Calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau TKI yang telantar di Kamboja hari ini berbondong-bondong mendatangi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Cabang Indramayu, Senin (7/3/2022).
Kedatangan mereka bertujuan untuk meminta bantuan agar anggota keluarganya itu bisa dipulangkan ke tanah air.
Diketahui, ada sebanyak 43 Warga Negara Indonesia (WNI) dikabarkan telantar di Kamboja.
Baca juga: 43 WNI Telantar di Kamboja, Minta Tolong Sudah Tak Punya Biaya Lagi, 6 Orang Berasal dari Indramayu
Sebanyak 6 orang di antaranya berasal dari Kabupaten Indramayu, yakni Nurida (37) asal Kecamatan Karangampel, Cariyah (28) asal Kecamatan Tukdana, Aldi (20) asal Kecamatan Terisi, Abdul Rohman (28), dan Warman (24) asal Kecamatan Tukdana.
Paman dari Aldi, Roli (32) mengatakan, ia sekeluarga sangat khawatir terhadap keponakannya tersebut.
Terlebih di Kamboja, Aldi sudah tidak memiliki biaya lagi untuk kebutuhan makan maupun tempat tinggal.
"Kami datang ke sini untuk meminta bantuan, untuk mengadu demi saudara dan anak-anak kita agar bisa pulang ke tanah air," ujar dia kepada Tribuncirebon.com.
Roli menceritakan kronologi keponakannya tersebut terlantar di Kamboja berawal saat Aldi ditawari oleh pihak perekrut bekerja ke Polandia.
Setelah membayar sejumlah uang, perekrut berjanji akan memberangkatkan keponakannya itu 3-6 bulan kemudian.
Hanya saja, janji tersebut tidak kunjung ditepati walau sudah lewat berbulan-bulan lamanya dengan berbagai alasan.
Baca juga: HARU BIRU di Mapolres Sukabumi, Rika TKI yang Telantar di Arab Saudi Akhirnya Bisa Peluk Anak Lagi
Lanjut Roli, korban justru ditawari untuk training atau pelatihan di Kamboja terlebih dahulu sebelum ke Polandia.
"Tapi ternyata di sana itu, dari keterangan keponakan saya, mereka dijual belikan oleh agen," ujar dia.
Masih disampaikan Roli, menyadari hal tersebut, para korban pun kemudian melapor ke KBRI Kamboja hingga akhirnya saat ini bisa diselamatkan.
Namun, para korban diketahui juga harus menanggung kebutuhan hidup secara mandiri di Kamboja, seperti untuk makan dan tempat tinggal, mereka harus mengeluarkan biaya pribadi.