Presiden Nikaragua Dukung Invasi Rusia ke Ukraina, Dua Hal Jadi Alasannya

Nikaragua jadi salah satu negara yang mendukung Rusia dalam konflik di Ukraina yang sudah pecah ditandai dengan invasi militer Rusia pada Kamis

Editor: Mega Nugraha
Reuters via Kontan
Daniel Ortega, Presiden Nikaragua 

TRIBUNJABAR.ID- Nikaragua jadi salah satu negara yang mendukung Rusia dalam konflik di Ukraina yang sudah pecah ditandai dengan invasi militer Rusia pada Kamis (24/2/2022),

Presiden Nikaragua, Daniel Ortega jadi presiden pertama di dunia yang mendukung Rusia pascapengakuan atas wilayah Provinsi Luhansk dan Donetsk.

Daniel Ortega menyebut, langkah Rusia di Ukraina sebagai upaya pembelaan diri karena keinginan Ukraina gabung dengan Nato jadi ancaman bagi negara yang dipimpin Vladimir Putin itu.

"Saya yakin jika mereka melakukan referendum seperti yang dilakukan di Krimea, orang akan memilih untuk menggabungkan wilayahnya itu ke Rusia," kata Daniel Ortega dalam pidatonya di Managua, Senin (21/2), seperti dikutip Reuters.

Daniel Ortega yakin warga di Luhansk dan Donetsk akan bergabung dengan Rusia jika ada referendum.

Baca juga: Serangan Militer Rusia di Ukraina Dimulai, Begini Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Seperti diketahui, sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Vladimir Putin mengakui dua wilayah di Ukraina sebagai negara merdeka, yakni Republik Rakyat Luhansk dan Repubulik Rakyat Donetsk.

Seperti diketahui, Daniel Ortega memimpin Nikaragua pertama kali pada 1979-1990. Dia jadi tokoh Amerika Latin yang menentang dominasi Ameriksa Serikat di Amerika Tengah.

Bagi Daniel Ortega, saat Ukraina bergabung dengan Nato yang termasuk di dalamnya ada AS, jadi ancaman bagi Rusia.

"Jika Ukraina masuk ke NATO, mereka akan mengatakan kepada Rusia mari kita berperang, dan itu menjelaskan mengapa Rusia bertindak seperti ini. Rusia hanya membela diri," lanjut Ortega.

Nikaragua, seperti negara Amerika Latin lainnya, memang secara umum lebih condong ke Rusia secara ideologi.

Pekan lalu, Wakil Perdana Menteri Rusia Yuri Borisov berkunjung ke Nikaragua, Venezuela, dan Kuba dengan misi untuk memperdalam hubungan bilateral dengan ketiga negara tersebut.

Dalam Sehari, Militer Rusia Lumpuhkan 74 Fasilitas Militer Ukraina

Kekuatan militer Rusia mampu melumpuhkan puluhan fasilitas militer Ukraina di hari pertama invasi, Kamis (24/2/2022).

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov mengklaim militer Rusia sudah melumpuhkan lebih dari 70 fasilitas infrastruktur daerah milik Ukraina.

Dia menyebut, ada 74 fasilitas militer Ukraina lumpuh karena serangan militer Rusia.

"Di antaranya adalah 11 lapangan udara milik Angkatan Udara, tiga titik komando, pangkalan Angkatan Laut Ukraina, 18 stasiun radar angkatan udara S-300, dan sistem rudal Buk-M1," kata Konashenkov, sebagaimana dilansir TASS.

Dia melaporkan bahwa empat pesawat nirawak Bayraktar TB2 buatan Turki berhasil ditembak. Ia memastikan serangkan oleh militer Rusia tidak menargetkan kota-kota di Ukraina dan fasilitas sosial.

Perbandingan Militer Rusia dan Ukraina

Secara di atas kertas, militer Ukraina jauh tertinggal dibanding militer Rusia. Sekalipun, Ukraina mendapat bantuan persenjataan dari sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.

Rusia memiliki sekitar 280.000 personel tentara dan total angkatan bersenjata gabungannya mencapai sekitar 900.000.

Jumlah tank yang mencapai 2.840 melebihi jumlah yang dimiliki oleh Ukraina dengan perbandingan tiga banding satu, menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berbasis di London.

Analis militer mengatakan pertahanan anti-pesawat dan anti-rudal Ukraina lemah, membuatnya sangat rentan terhadap serangan Rusia pada infrastruktur kritisnya.

Mereka mengatakan Rusia juga akan berusaha menggunakan keunggulannya dalam peperangan elektronik untuk melumpuhkan komando dan kendali musuhnya dan memutuskan komunikasi dengan unit-unit di lapangan.

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved