Kebakaran Pesantren di Karawang
Keluarga Korban Kebakaran Pesantren di Karawang Sudah Ikhlas, Tak Akan Tuntut Pesantren
delapan santri meninggal dunia akibat insiden kebakaran di Pondok Pesantren Miftahul Khoirot pada Senin (21/2/2022) sore kemarin.
Penulis: Dwiky Maulana Vellayati | Editor: Ravianto
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Subang, Dwiky Maulana Vellayati
TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Keluarga Satria Khalifah Aryana (12) yang meninggal akibat musibah kebakaran di Pondok Pesantren Miftahul Khoirot di Karawang sudah ikhlas.
Yayan Suryano kakek dari Alif mengatakan, pihak keluaga tidak akan menuntut apapun kepada Pondok Pesantren Miftahul Khoirot.
Pasalnya, pihak keluarga menganggap bahwa insiden kebakaran tersebut merupakan musibah yang tidak dapat diprediksi.
"Kami tidak akan menuntut apapun, keluarga Insya Allah sudah ikhlas kehilangan Alif, namanya musibah," ucap Yayan kepada TribunJabar.id di rumah duka yang berada di Kampung Hegarmanah, Desa Purwadadi Barat, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Selasa (22/2/2022).
Menurut Yayan, sosok dari Alif sendiri merupakan sosok yang baik di mata keluarga.
"Allhamdulilah Alif orang yang baik, waktu meninggal aja katanya dengan kondisi lagi senyum," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, delapan santri meninggal dunia akibat insiden kebakaran di Pondok Pesantren Miftahul Khoirot pada Senin (21/2/2022) sore kemarin.
• Seluruh Korban Meninggal Kebakaran di Pesatren di Karawang Sudah Teridentifikasi
Baca juga: Kebakaran Tewaskan 8 Santri di Karawang: Tak Bisa Lari Karena Pintu Terbakar, Jendela Pakai Teralis
Sementara itu, dari delapan korban tewas tiga diantaranya merupakan warga dari Kabupaten Subang.
Dua orang korban santri asal Subang lainnya atas nama Riyan Aditya (7) dan Azka Fairul Gupron (11).
Para Korban Terjebak
Delapan santri Pesantren Miftakhul Khoirot, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang meninggal karena api membesar di jalan keluar asrama santri.
Penyuluh Agama Kecamatan Karawang Kulon, Sri menceritakan kronologi kebakaran yang ia ketahui dari pengurus pesantren.
"Sebagian santri bisa lewat, namun yang delapan ini tidak bisa lewat, karena api membesar di bagian pintu keluar yang melalui tangga," kata Sri kepada Tribun Jabar di lokasi, Senin (21/2/2022).
Sri mengatakan, delapan santri yang meninggal juga tidak keluar melalui jendela kamar, karena jendela kamar asrama di lantai 2 tersebut di pasang besi tralis.