Jika BOR Overload, Pemda KBB Akan Lakukan Ini, Termasuk Instruksikan Kades Siapkan Tempat Isolasi
Satgas Covid-19 Kabupaten Bandung Barat (KBB) sudah menyiapkan antisipasi jika BOR rumah sakit rujukan overload.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kabupaten Bandung Barat (KBB) sudah menyiapkan antisipasi jika bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan overload akibat terus meningkatnya kasus Covid-19.
Saat ini, BOR di Bandung Barat sudah mencapai 27,4 persen dengan jumlah kasus positif aktif mencapai 1.932 orang.
Dari total tersebut kebanyakan pasien melakukan isolasi mandiri di rumahnya masing-masing.
Juru Bicara Satgas Covid-19 KBB, Agus Ganjar Hidayat, mengatakan, jika BOR di Bandung Barat overload, pihaknya akan menginstruksikan semua kepala desa menyiapkan bangunan khusus yang dijadikan sebagai tempat isolasi mandiri bagi warga yang terpapar Covid-19.
"Sebagai langkah antisipasi, desa diarahkan untuk menyiapkan ruang isolasi seperti saat PPKM darurat dan akan dipantau nakes setiap hari," ujar Agus di Kompleks Perkantoran Pemkab Bandung Barat, Selasa (22/2/2022).
Selain itu, pihaknya juga akan menyiapkan alternatif lain, yakni menyulap hotel yang ada di Bandung Barat menjadi tempat isolasi jika nanti BOR rumah sakit sudah tak mampu menampung pasien positif Covid-19.
"Jadi skema itu bisa lagi itu diterapkan dan saat PPKM kemarin juga efektif. Tapi kita berharap tidak ada lagi kenaikan kasus," kata Agus.
Saat ini, kata Agus, BOR di rumah sakit rujukan berada di angka 27,4 persen dengan perincian di RSUD Cililin dari 35 tempat tidur ada 12 yang terisi, di RSUD Lembang dari 34 total tempat tidur terisi 10, dan Di RSUD Cikalong Wetan dari 34 tempat tidur hanya tiga yang terisi.
Kemudian di rumah sakit penunjang lainnya seperti RS Cahya Kawaluyan dari 44 tempat tidur terisi 9, RS Karisma Cimareme dari 20 tempat tidur ada 8 yang terisi, serta di RSJ Cisarua dari 8 tempat tidur sudah 6 yang terisi.
"Untuk pasien yang menjalani isolasi mandiri, mayoritas orang yang terpapar masuk kategori tanpa gejala serta gejala ringan," ucapnya.
Untuk itu, kata Agus, bagi pasien yang tidak bergejala atau hanya bergejala ringan diarahkan untuk isolasi mandiri atau tidak perlu mendapat perawatan di rumah sakit rujukan.
"Tapi saat isoman juga bukan cuma duduk saja tanpa pemantauan, tetap dipantau setiap hari oleh nakes dari puskesmas terdekat," kata Agus. (*)