Selain Tuntut Harga Kedelai Turun, Ini Alasan Perajin Tahu dan Tempe di Majalengka Mogok Produksi

Diharapkan, mogok produksi itu bisa segera direspon pemerintah dan harga kedelai kembali normal.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Tribun Cirebon/ Eki Yulianto
Tempat penyimpanan tahu dan tempe kosong di lokasi produksi di Desa Cisambeng, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, Senin (212/2022). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA- Sejumlah perajin tahu dan tempe di Desa Cisambeng, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, mogok produksi selama tiga hari ke depan.

Aksi ini merupakan bentuk protes gara-gara harga kedelai yang melonjak.

Diharapkan, mogok produksi itu bisa segera direspon pemerintah dan harga kedelai kembali normal.

Namun, tak semua perajin tahu dan tempe beralasan atas dasar tersebut.

Sebagian dari mereka juga mengaku ketakutan akan diobrak-abrik oleh orang jika tak ikut mogok.

"Takut kalau produksi sekarang, takutnya lagi ngirim tiba-tiba ada yang 'nyegat', takut diobrak-abrik produksinya," ujar Uri Januari (43), perajin tahu di Desa Cisambeng, Senin (21/2/2022).

Baca juga: Perajin Tahu-Tempe di Majalengka Mogok Jualan 3 Hari, Emak-emak Menjerit Bingung

Uri mengaku, sejatinya ingin tetap memproduksi tahu yang sudah ditekuninya sejak tahun 2000.

Namun, ia pun mendukung aksi mogok produksi tersebut karena bertujuan agar harga kedelai kembali normal.

"Produksi si mau, tapi ya kembali lagi, kalau tujuannya untuk menurunkan harga kedelai mah gak apa-apa tiga hari enggak produksi juga," ucapnya.

Inah (62), perajin tempe di desa yang sama juga mengaku ikut mogok massal juga khawatir ada aksi memusuhi.

Jika tetap produksi di tengah aksi mogok massal perajin tahu dan tempe se-Indonesia, ucapnya, akan ada omongan yang kurang enak.

"Mau produksi mah, tapi ya gimana solidaritas dulu yang terpenting apalagi tujuannya untuk menurunkan harga kedelai. Itung-itung istirahat lah," ujar dia.

Sejauh ini, harga kedelai bagi perajin berada di rentang Rp 11.000-12.000 per kilogram.

Padahal, harga kedelai pernah berada di rentang harga Rp 5.000-10.000 per kilogram.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved