Ajak Kaum Muda Bertani, Praktisi Bilang Kini Bertani Dengan Teknologi dan Penghasilan Lebih Tinggi
Praktisi Pertanian, Dudang Ruslan, mengatakan pertanian di tangan anak muda itu tidak perlu kotor dan penghasilan bisa lebih tinggi dan berteknologi
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Darajat Arianto
Caranya adalah dengan merebus semua bahan yang ditemukan itu, setelah dingin airnya disaring dan difermentasi setelah diberi tetes tebu.
"Misalnya saja menanam cabai di lahan 100 tumbak. Jika sepenuhnya memakan pupuk kimia atau sintetis, pupuk bisa habis 50 kilogram. Tapi, kalau pakai pupuk kimia dicampur MOL, pupuk kimia hanya habis 6 kilogram," kata Dudang.
Dilihat dari hasil, pemupukan dengan sepenuhnya kimia untuk tanaman cabai, tanaman hanya mampu berproduksi hingga 6 kali panen saja.
Sebaliknya, dengan MOL, bisa panen hingga 12 kali.
"Yang penting kini adalah pengetahuan yang terbuka tentang pertanian dan inovasi-inovasi di bidang tersebut. Bertani pasti murah dan hasilnya melimpah. Hasil melimpah inilah yang dimaksud pertanian intensif," katanya.
Pembuatan MOL dan pertanian yang manajementnya oleh kamum muda bagus, justru menjadi peluang bagi kaum muda lainnya untuk melangkah ke dunia pertanian.
"Tak punya lahan untuk bertani? Ya buatlah itu MOL dan jual dari orang ke orang, sebotol kecil bisa Rp 20 ribu. Bahan-bahannya kan limbah dapur semua, mudah. Mulailah dari hal yang kecil," ucapnya.
Penghasilan yang mula-mula kecil akan bertambah besar dengan manajemen yang baik.

Setelah punya cukup uang, meningkatlah ke penanaman tanaman pertanian dengan tanpa meninggalkan usaha tani yang pertama.
Baca juga: Anak Muda Diajak Ikuti Program Petani Milenial Melalui IP400 yang Bakal Panen Padi 4 Kali Setahun
Usaha lain seperti menyediakan benih dan media tanam bisa dilakukan sambil menunggu tanaman di kebun panen.
Dengan pola diversitas usaha pertanian seperti ini, apalagi dengan melihat cuan hasil tani, banyak kaum muda akan tertarik.
"Kalau begitu, regenerasi petani pun akan berjalan," katanya dalam diskusi bertajuk "Bertani karena Benar, Profesi Tanpa Dasi, Fondasi Negeri" itu. (*)