Kenalkan Bahaya Sampah untuk Lingkungan di Cimanggung Sumedang Lewat 'Sedekah Sampah'

Tim Sedekah Sampah akan menjemput sampah-sampah yang terkumpul jika pesedekah telah meminta untuk dijemput, dengan terlebih dahulu mengirim pesan

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Kiki Andriana
Deki Ismailudin (tengah), penggagas Sedekah Sampah saat diskusi yang digagas Jaringan Ngebon Minggu, Minggu (30/1/2022) di Cimanggung, Sumedang. 

"Air tanah di Indonesia itu sudah banyak tercemar. Di antara pencemarannya bisa dilihat dari bakteri e-coli. Kalau pembeli membawa tempat minum sendiri dan mencuci dengan air di rumah, kemudian membeli minuman dari perusahaan dengan tempat minum itu, perusahaan tak mau ambil risiko jika tiba-tiba pembeli sakit dan memprotes perusahaan," katanya di tempat yang sama.

Dengan demikian, semua perusahaan pasti mengupayakan membuat botol plastik. Plastik-plastik yang menjadi sampah ini jikapun berakhir di tempat pembuangan akhir sampah (TPAS), terus akan menimbulkan masalah baru.

Baca juga: Truk Sampah di TPA Sarimukti Sempat Antre Satu Kilometer, Ini Sebabnya

"Boleh jadi di TPS itu, air lindi yang merupakan air paparan hujan pada tumpukan sampah tidak dikelola dengan baik, malah dialirkan langsung ke sungai, ini juga termasuk bahaya pencemaran baru," katanya.

Luvina berujar, dengan persoalan sampah yang begitu kompleks, sejatinya pengolahan sampah harus dimulai dari lingkup-lingkup terkecil. Pemilahan sampah organik, non-organik, dan B-3, dimulai dari rumah tangga.

"Apa yang dilakukan dengan Sedekah Sampah ini sudah benar. Memang kesadaran akan bahaya besar sampah harus dimiliki oleh setiap orang," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved