Suporter Persib Bandung Harus Belajar ke The Jak Mania yang Jalankan Organisasi dengan Demokratis
Bobotoh yang tergabung dalam berbagai organisasi suporter Persib Bandung harus belajar banyak dari The Jak Mania, suporter pendukung Persija Jakarta.
Penulis: Ferdyan Adhy Nugraha | Editor: Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG- Bobotoh yang tergabung dalam berbagai organisasi suporter Persib Bandung maupun organisasi suporter klub lain harus belajar banyak dari The Jak Mania, suporter pendukung Persija Jakarta.
Hal itu dikatakan Peneliti Hukum Olahraga Kemenkumham Eko Noer Kristiyanto atau yang akrab disapa Eko Maung, saat ditanya pendapatnya soal Ketua Viking Herry Joko yang baru turun tahta sejak 28 tahun. Penggantinya, Yudi Baduy yang ditunjuk langsung Herru Joko.
Perubahan di pucuk pimpinan ini merupakan yang pertama kali dilakukan VPC sejak berdiri pada 1993 atau 28 tahun lalu.
Baca juga: Arema FC Gusur Bhayangkara FC di Puncak Klasemen, Almeida: Tak Apa Main Jelek, yang Penting Menang
Menurut dia, organisasi suporter yang ideal untuk saat ini adalah pendukung Persija Jakarta, The Jakmania. Bagi dia, The Jakmania mampu menjalankan organisasi dengan sangat demokratis yang salah satunya lewat pemilihan ketua umum secara periodik
"Saya sih gak ngomong The Jak Mania saja tapi organisasi suporter harus demokratis dan transparan biar enggak ada penyalahgunaan kewenangan atau kesewenangan-wenangan," ujar Eko Maung kepada Tribun Jabar melalui sambungan telepon, Kamis (27/1/2022).
Baca juga: Derbi Jabar Malam Nanti, Berikut Ini Hasil Pertemuan Terakhir Laga Persib Bandung vs Tira persikabo
Ferry Indrasjarief sebagai tokoh The Jak Mania, kata dia, jadi sosok yang begitu dihargai The Jak Mania karena faktor kepemimpinannya.
Saat dia turun tahta, kepengurusan The Jak Mania berganti. Catatan Tribun dalam 10 tahun terakhir daro 2010 sampai saat ini, The Jak Mania tercatat sudah dua kali berganti kepemimpinan. Pertama ada Larico Ranggamone hingga saat ini Dicky Soemarno.
"Jadi lihat Bung Ferry (Indrasjarief) meski bukan ketua umum tetap dihargai. Kalau ketum kan menjalankan keorganisasinya," katanya.
Dia mengambil contoh The Jakmania sebagai organisasi suporter yang ideal bukan ingin memancing amarah bobotoh. Namun memang paling rasional adalah mengambil contoh tersebut.
"Kalau di Bandung orang lahir jadi bobotoh karena keluarganya. Jadi Persib sangat diuntungkan dengan fanatisme bobotoh. Tapi lihat Persija dari enggak punya suporter sampai sekarang punya suporter besar," katanya.
Hal itu kata dia, tidak lepas dari manajemen organisasi The Jak Mania yang mampu berjalan dengan demokratis dan transparan.
Lewat cara yang demokratis dan transparan, The Jakmania bahkan menurut Eko sudah setara dengan bobotoh.
"Padahal bobotoh dari tahun 1960 dan 1970 sudah ada. Jakmnia awal liga saja belum ada. Mereka baru berdiri tahun 1997 jadi semakin membesar," ucapnya.
Banyak juga yang mempertanyakan kepada Eko kenapa tidak mengambil contoh bonek di Persebaya Surabaya. Menurut dia, bobotoh dan bonek dari awal memang sudah besar sehingga paling tepat memang mengambil contoh ke The Jakmania.
Ia menekankan soal transparansi di tubuh organisasi, tak terkecuali organisasi suporter sepakbola. Selain terhadap anggotanya, transparansi perlu diterapkan secara ketat bila berhubungan dengan uang rakyat.
"Apalagi mereka berhubungan dengan pemerintah bikin proposal kan ngeri uang rakyat juga. Bikin kegiatan," katanya.
Sebagai orang yang pernah menjadi anggota Viking, Eko tentu berharap ada perubahan ke arah lebih baik. Dia pun tidak bisa memberikan solusi karena yang bisa menyelesaikan masalah ada orang-orang di VPC itu sendiri.
"Solusinya mah kembali ke anak-anak Viking nya, berpikir enggak buat kemajuan mereka dengan kejadian kaya begini berpikir gak. Saya tidak mencampuri mereka. Kalau misalkan demokratis ada tanggung jawab, rasa malu ke anggota jadi gak bertindak sembarang juga," katanya.
Herru Joko Turun Tahta
Organisasi Viking Persib Club (VPC) sebagai basis terbesar suporter Persib Bandung resmi berganti kepemimpinan, dengan dilakukannya penyerahan jabatan ketua dari Herru Joko kepada Yoedi Baduy di Stadion Sidolig, Kota Bandung, Rabu (26/1/2022).
Pengumuman penyerahan komando dari ketua VPC, Herru Joko itupun dilakukan secara terbuka dan turut dipublikasikan dalam akun resmi Instagram @officialvpc.
Dalam tayangan video yang diunggah beberapa jam lalu di akun tersebut, menampilkan mantan ketua Herru Joko yang memegang secarik kertas dengan map biru dan didampingi oleh sembilan orang, termasuk Yoedi Baduy.
Ia menyampaikan semacam penugasan untuk meneruskan roda organisasi kepada Yoedi Baduy yang merupakan mantan sekretaris VPC di tribun penonton Stadion Sidolig, Kota Bandung.
"Bismillahirrahmanirrahim, hari ini saya beri mandat kepada saudara Yoedi Baduy untuk menjalankan roda organisasi Viking Persib Club. Semoga mandat ini bisa bermanfaat dan menjadi amanah, buat keberlangsungan Viking Persib Club yang lebih maju dan modern," ujarnya yang diikuti sahutan kata Amin oleh para peserta di video tersebut.
Berdasarkan informasi isi dalam secarik kertas tersebut adalah surat mandat dengan kop surat dan logo VPC, bermaterai Rp 10.000, di cap logo VPC, dan ditandatangani oleh Herru Joko sebagai Raja Viking pada 20 Januari 2022.
Mandat tersebut berisikan perintah kepada Yoedi Baduy sebagai Perdana Menteri untuk menjalankan roda organisasi VPC hingga rapat besar istimewa (Rabies).
"Bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum wr wb, sampurasun. Dengan Hormat, Yang bertandatangan di bawah ini,
Nama : Herru Joko, Jabatan : Raja Viking.
Dengan sepenuh jiwa memandatkan dan memerintahkan sepenuhnya tugas dalam menjalankan roda organisasi di Viking Persib Club sampai dengan RABIES ke-4, kepada,
Nama : Yoedi Baduy, Jabatan : Perdana Menteri.
Semoga sdr. Yoedi Baduy bisa menjalankan amanah dan pemerintah ini dengan tulus hati, ikhlas, serta penuh rasa tanggung jawab dan komitmen yang kuat dalam menjalankan mandat dan perintah ini.
Semoga ke depan Viking Persib Club menjadi lebih kuat, solid, dan lebih besar seperti yang kita inginkan bersama. Aamiin," bunyi surat tersebut. (*)
