Di Cimahi, Banyak Perempuan Terpaksa Menjadi Kepala Keluarga. Ini Penyebabnya

Angka perceraian di Kota Cimahi ternyata cukup tinggi. Hal ini menyebabkan jumlah perempuan single parent meningkat.

Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Giri
Tribun Jabar
ILUSTRASI - Warga antre di Kantor Kelurahan Cibabat, Kota Cimahi, Senin (27/12/2021) untuk mendapatkan jatah sembako subsidi dari Pemkot Cimahi. Banyak perempuan di Cimahi yang menjadi kepala keluarga. 

TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Angka perceraian di Kota Cimahi ternyata cukup tinggi. Hal ini menyebabkan jumlah perempuan single parent meningkat dan membuat mereka terpaksa menjadi kepala keluarga atau kepala rumah tangga.

Berdasarkan data pada Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DinsosP2KBP3A) Kota Cimahi, pada 2020 terdapat 233  perempuan yang menjadi kepala keluarga.

Menurut Kepala DinsosP2KBP3A Kota Cimahi, Guntur Priambada, melalui Sekretaris DinsosP2KBP3A Kota Cimahi, Fitriani Manan, angka ini bertambah pada 2021 menjadi 269 orang.

"Penyebab banyaknya perempuan di Kota Cimahi menjadi kepala rumah tangga salah satunya karena bercerai dengan suami, sehingga menjadi janda," ujar Guntur di Pemkot Cimahi, Senin (10/1/2022).

Guntur menyebutkan, banyaknya perempuan yang menjadi kepala rumah tangga di Cimahi juga terjadi karena lantaran suaminya meninggal, suaminya mengalami cacat,  atau suaminya tidak bekerja sama sekali, suaminya tidak pulang-pulang, hingga perempuan yang enggan menikah. 

"Namun memang yang dominan adalah banyak janda yang menjadi kepala keluarga. Dia harus menghidupi keluarganya dan harus tetap bertahan hidup," katanya.

Terkait hal ini, Guntur mengatakan, pihaknya rutin memberikan pelatihan terhadap perempuan pekerja ini.

Baca juga: Belum Semua SD di Bandung Barat Terapkan Pembelajaran Tatap Muka 100 Persen, Begini Alasannya

Sebab, perempuan yang terdata sebagai kepala rumah tangga ini merupakan warga Kota Cimahi yang termasuk ke dalam golongan ekonomi tak mampu.

Mereka diakomodasi dalam program Pekka atau perempuan kepala keluarga ekonomi lemah.

"Kami memberikan pelatihan pemberdayaan ekonomi, diberi keterampilan, menjahit, memasak. Apa pun bentuk pelatihannya kami berikan," ujarnya. (kemal setia permana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved