Angka Kejadian Bencana di Jabar Meningkat, Potensi Bencana Beragam dari Gunung Berapi Hingga Longsor
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat mencatat angka bencana 2021 menyentuh rekor baru. Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jabar, Dani Ramdan
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat angka bencana sepanjang 2021 menyentuh rekor baru.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jabar, Dani Ramdan mengatakan, berdasarkan pencatatan tahun ini terjadi 2400 bencana di Jawa Barat.
"Bencana 2021 itu pertama dari sisi jumlah, sudah menyentuh rekor baru. Pencatatannya kita itu dari 2016 yang terekam, karena tahun-tahun sebelumnya belum ada sistem pencatatan yang baik," ujar Dani, saat ditemui di Kantor BPBD Jawa Barat, Jumat (31/12/2021).
"Dulu, per tahun itu hanya 500, kemudian naik ke 1.200 pada 2017, terus naik 1.500 pada 2018 dan sekarang sudah 2.400 pada 2021. Jadi kalau dirata-ratakan per hari bisa 5-6 kali terjadi bencana," katanya.
Menurut dia, potensi bencana di Jawa Barat itu lengkap mulai dari gunung berapi, tsunami, gempa banjir dan longsor.
"Hampir semua Kabupaten-Kota itu memiliki potensi, tapi kalau tertinggi jumlah kejadian bencana itu di Bogor, padahal dari indeks risiko itu paling tinggi di Garut dan Cianjur, tapi kejadiannya lebih banyak di Bogor," katanya.
Sementara dari semua jenis bencana yang ada, kata dia, longsor menjadi bencana paling tinggi tahun ini.
Sedangkan untuk banjir, seperti di daerah Baleendah dan wilayah lain di Kabupaten Bandung justru menurun.
Padahal, kata dia, berdasarkan laporan dari BMKG curah hujan di Jawa Barat mengalami peningkatan.
"Jadi, kalau laporan dari BKMG curah hujan kita karena kebetulan bertepatan dengan Lalina sebetulnya naik 30-70 persen, artinya air ke sungai juga meningkat dari tahun sebelumnya," katanya.
"Tapi kenapa banjirnya bisa tereduksi, karena pertama Citarum Harum dalam menangani bagian hulu sudah ada dampaknya, kedua kolam retensi dan jurug jompong itu memberikan faktor cukup besar yang mengalirkan air lebih cepat ke daerah hilir," tambahnya.
Namun, kata dia, tetap harus waspasa karena puncak curah hujan baru akan terjadi pada Januari-Februari.
"Puncak hujannya belum sampai, bisanya justru di Bekasi dan Karawang, kemungkinan pada Januari-Februari yang harus diwaspadai, termasuk Bandung Raya juga," katanya.
Dani menambahkan, saat ini BPBD juga ikut menangani laporan kebakaran rumah. Dulu, kata dia, BPBD hanya menangani kebakaran lahan dan hutan.
"Nah, dengan BPBD diberikan tanggung jawab untuk mengatasi kebakaran, saya satukan sistem informasinya," ucapnya. (*)