Sunarya Terpaksa Jualan Tahu Keliling, Anaknya Kerap Ditipu Calon Tenaga Kerja, Duit Jutaan Hangus
Sunarya atau yang kerap disapa Abah Tahu oleh para pembeli dan tetangganya mengaku berjualan tahu sejak tahun 2011
Penulis: Irvan Maulana | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Kontributor Tribun Jabar, Irvan Maulana
TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA- Sunarya (78) warga Desa Wanakerta, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, terpaksa memikul dagangan tahu dan telur asin.
Sunarya atau yang kerap disapa Abah Tahu oleh para pembeli dan tetangganya mengaku berjualan tahu sejak tahun 2011 setelah sang istri meninggal.
Ketika ditemui Tribun Jabar di gerbang masuk Kawasan Bukit Indah Cikampek (BIC), Bungursari, Kabupaten Purwakarta, pada Kamis (30/12/2021), Abah Tahu mengaku merupakan perantau.
"Abah mulai jualan tahun 2011 pas istri meninggal, di sini (Purwakarta) masih ngontrak, kalau aslinya dari Pagaden, Subang," ujar Abah Tahu.
Ia adalah kakek dari empat cucu, ketiga anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota, sedangkan si bungsu yang kini berusa 25 tahun belum juga berumah tangga, karena sulitnya mencari pekerjaan.
Baca juga: Mangga Gedong Gincu Jadi Primadona Omzet Festival Kopi dan Tahu Sumedang
"Abah masih jualan, karena ada anak bungsu yang masih nganggur, masih jadi beban. Sejak keluar SMK tahun 2014 sampai sekarang belum keterima kerja meski melamar ke sana-sini," kata dia.
Terpaksa, di usia yang sudah renta, Abah Tahu masih harus memikul keranjang tahu untuk membiayai kehidupan sehari-hari dan biaya sewa rumah kontrakan mereka.
"Ya mungkin belum ada jalannya, anak yang bungsu kadang bantu Abah belanja dan nyiapin dagangan pagi-pagi," imbuhnya.
Abah Tahu juga bercerita sang kakak dari putra bungsunya berkali-kali membiayai anak bungsunya tersebut agar bisa masuk kerja.
"Sekarang kan harus pakai uang masuk pabrik itu, abangnya sering ngasih modal yang bungsu, ada bayar Rp 3 juta, bahkan sempat bayar Rp 5 juta, ujungnya kerja enggak masuk, duit hangus," kata Abah Tahu.
Baca juga: Nikmati Kopi dan Tahu Sumedang di Thamrin 10 Jakarta
Fenomena sogok-menyogok masuk kerja memang sering terjadi di masa sekarang ini, ucapnya, meskipun berbagai cara dilakukan pemerintah.
Menurutnya, tetap saja para mafia atau calo tenaga kerja tetap bekeliaran dan memangsa korban tanpa pandang bulu, seperti halnya putra bungsu Abah Tahu.
Sunarya susah payah berjualan tahu dan telur asin. Untungnya memang kecil, tapi itulah sumber pendapatan satu-satunya bagi keluarga Abah Tahu.
"Untung itu enggak besar, namanya dagang kadang ramai kadang sepi, sehari rata-rata dapat untung Rp 100 ribu, itupun kalau mangkal di sini enggak diusir," kata dia.