Media Berbahasa Sunda di Bandung Luncurkan Platform Online Sasar Anak Muda, Ini Misi dan Tujuannya
Warga Kota Bandung dan masyarakat pada umumnya kini bisa menikmati berita online berbahasa Sunda, Mangle.id yang dihadirkan sebagai upaya melestarikan
Penulis: Tiah SM | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Tiah SM
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Warga Kota Bandung dan masyarakat pada umumnya kini bisa menikmati berita online berbahasa Sunda, Mangle.id yang dihadirkan sebagai upaya melestarikan Bahasa Sunda.
Direktur Utama Mangle.id, Sonny Acong mengatakan berangkat dari rasa keprihatinan, kini hadir media online berbahasa Sunda dalam berbagai platform digital seperti YouTube, Instagram, dan website Mangle.id.
"Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan dalam 10 tahun ada 2 juta penutur bahasa Sunda berkurang," ujar Sonny, seusai meluncurkan Mangle.id di Jalan Maskumambang, Kota Bandung, Rabu (22/12).
Menurut Sonny, jika tak ada yang jaga, khawatir bahasa Sunda punah karena saat ini, anak anak bahasa Sunda gaul tapi kasar, sampai a****, go*** keluar.
Sonny, mengatakan, sempat dilakukan survei kecil kecilan, ada beberapa anak muda merasa tidak malu jika berbahasa Sunda.
"Kalau dicari akar masalahnya bakal panjang, bisa jadi saya sebagai orang tua turut berkontribusi permasalahan itu tidak mengajarkan anak anak bahasa Sunda, kurikulum di sekolah mungkin terlalu berat, terbukti saat belajar yang repot orang tua," ujarnya .
Mangle.id hadir dengan misi memberikan informasi, edukasi dan konservasi untuk anak muda.
Informasi yang diberikan beragam seperti olahraga atau apapun sepanjang bisa dikonsumsi anak muda.
"Kalau mengedukasi apalagi konservasi, mau tidak mau harus anak muda yang harus kita bidik karena kalau 40-50 ke atas tak mungkin tercapai misi konservasi," ujarnya.
Menurut Sonny. Itulah kenapa Mangle.id hadir, flatform kami memang full digital YouTube, medsos semata-mata supaya bisa menjadi medium yang bisa diterima anak muda.
"Minimal di digital itu ada alternatif media menggunakan bahasa Sunda tapi tidak kasar. Saat ini juga banyak sekali konten berbahasa Sunda tapi sayangnya selalu ada kata kata kurang baik.
Sonny merasa prihatin, konten bahasa Sunda kasar digemari netizen terbukti dengan jumlah followers dan subscribe yang luar biasa.
"Kami mencoba hadir, tentu tidak mungkin dilakukan Mangle sendiri tapi juga butuh media, instusi pendidikan, dan berbagai komunitas. Launching sekarang pun kolaborasi tapi semua dilakukan anak muda," ujarnya.
Menurut Sonny, majalah mencoba menjembatani dengan menyederhanakannya sesuai pakem yang ada, sehingga disaat anak muda tidak menggunakan bahasa Sunda yang tidak dimengerti kedepan jadi kembali dicintai dan difahami sehingga lama lama mengerti dan terbiasa.