Kisah Dani di Sumedang, Meski Kehilangan Kaki, Cuan dari Usahanya Bisa Rp 15 juta per bulan
Inspirasi dari Dani warga Sumedang. Meski kehilangan kaki kanan, dia bisa raup cuan Rp 15 juta per bulan dengan membuat arang
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Mega Nugraha
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana.
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG- Tak ada yang bisa patahkan semangat hidup Dani Ramdani (43) kecuali jika terpejam oleh kematian.
Selama dia masih bisa melihat, meski dalam keterbatasan fisik dan kini berstatus penyandang disabilitas, tak ada pekerjaan yang perlu ketangkasan fisik yang tidak bisa dia lakukan.
Di tanah berbukit yang digunakan sebagai lahan bercocok tanam palawija di Dusun/Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, , Dani sibuk menyusun kayu-kayu untuk dibuat arang.
Kayu mulai dari yang berdiameter sebesar tangan orang dewasa, sampai bongkahan kayu yang seukuran lingkar pinggang orang dewasa itu dia susun sendiri.
Baca juga: Orangtua Wajib Tahu, Alasan Anak Usia 6-11 Tahun Perlu Divaksin, Ini Penjelasan Dinkes Indramayu
Bahkan sejak dari mengangkut kayu di pinggir jalan utama, hingga membakarnya pada lubang pembakaran arang.
Kaki kanannya memang sudah berganti kaki palsu berbahan serat fiber. Namun langkahnya tak memperlihatkan langkah yang ragu. Langkahnya selalu mantap menapaki tanah merah basah bukit Cijeruk.
Terlihat jelas, ukuran telapak kaki kanannya yang fiber, berbeda dengan kaki aslinya sebelah kiri. Yang kanan cenderung lebih kecil dibanding yang sebelahnya.
"Disusun saja dahulu. Jika pengangkutan kayu bahan arang dari tumpukan di dekat Jalan Utama sudah selesai, baru pembakaran dimulai," kata Dani Ramdani saat dikunjungi TribunJabar.id di sebuah saung di dekat lubang-lubang pembakaran arang di Cijeruk, Minggu (19/12/2021).
Baca juga: Viral Perempuan Ini Ngaku Dihamili Oknum Polisi di Makassar, Kurang Saksi hingga Tunggu Tes DNA
Sudah nyaris setahun Dani bekerja membuat arang. Mula-mulanya, karena kebutuhan arang untuk digunakan sebagai bahan bakar besi tempa. Di saung tempatnya ditemui, dia bekerja pula membuat perkakas pertanian seperti golok dan sabit.
Aktivitasnya sebagai pandai besi dia lakukan setahun sebelum membuat arang sendiri, dan semua aktivitas itu dilakukan setelah kakinya buntung.
Pada sebuah bangku di saung itu, Dani berkisah bagaimana kedua kakinya tak utuh lagi. Semua bermula ketika dia pergi merantau ke pulau Sumatera.
"Sewaktu kaki saya utuh, dulu saya punya usaha pembuatan batu bata merah. Tidak ada kualitas bata merah yang menyerupai hasil produksi saya. Usaha itu kemudian jatuh bangun, mulai dari kehabisan pasokan gabah sisa gilingan padi hingga akhirnya bangkrut karena ditipu mantan pekerja," kata Dani.
Karena belum ada yang bisa dikerjakan lagi, Dani mengizinkan istrinya, Ai Yayah Rohmah (kini berusia 40 tahun) untuk berangkat menjadi tenaga kerja wanita (TKW) ke Timur Tengah. Sambil Dani sendiri merantau tanpa tujuan jelas ke Jambi.
"Dulu ke Jambi tak ada yang mengajak, tak ada tujuan. Tujuan saya satu-satunya adalah di sana harus mendapatkan pekerjaan," ucap Dani.