Gempa Bumi Beruntun di Jabar Bukan karena Erupsi Gunung Semeru dan Merapi, Ini Penjelasan BMKG
Gempa beruntun di Jawa Barat bukan karena aktivitas vulkanik, serta tidak ada hubungannya dengan aktivitas Gunung Semeru dan Gunung Merapi.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Serangkaian gempa bumi di Jawa Barat dalam beberapa hari terakhitr dipastikan bukan karena adanya peningkatan aktivitas vulkanik sejumlah gunung berapi.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Bandung, Teguh Rahayu, mengatakan aktivitas kegempaan dalam beberapa hari terakhir di Jabar disebabkan pergerakan sesar-sesar lokal di Jawa Barat, bukan karena aktivitas vulkanik, serta tidak ada hubungannya dengan aktivitas Gunung Semeru dan Gunung Merapi.
"Aktivitas kegempaan di wilayah Purwakarta merupakan aktivitas dari Sesar Cirata, sedangkan aktivitas kegempaan di Pangalengan merupakan sesar Garsela," ujarnya kepada Tribun Jabar saat dihubungi melalui telepon, Rabu (8/12/2021).
BMKG mencatat, setidaknya ada tiga gempa yang terjadi sepekan ini, yakni pada Sabtu (4/12) dan Selasa (7/12) di sekitar Kabupaten Bandung, serta Rabu (8/12) di Kabupaten Purwakarta. BMKG juga mencatat magnitude gempa tak terlalu besar.
Episenter gempa Sabtu (4/12) terletak pada koordinat 7.25 LS dan 107.60 BT, sekitar 26 kilometer Barat Daya Kabupaten Bandung pada kedalaman 3 kilometer.
Gempa bumi ini dirasakan di wilayah Pengalengan dan Kertasari dengan Skala Intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Baca juga: Lima Gempa Guncang di Pangalengan Bandung Tadi Malam, Sesar Garsela Sedang Menggeliat, Ini Kata BMKG
Hal serupa juga terjadi pada gempa, Selasa (7/12). Episenter gempa terletak pada koordinat 7.24 LS dan 107.64 BT, 11 kilometer tenggara Kabupaten Bandung pada kedalaman 16 kilometer, dengan manitude 2,8.
Berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di wilayah Pangalengan.
Gempa terakhir, Rabu (8/12) sedikit lebih besar, berkekuatan M=3,4. Gempa dirasakan di wilayah Cipeundeuy, Cirata, dan Maniis.
Episenter gempa berada pada koordinat 6.71 LS dan 107.35 BT, sekitar 18 kilometer barat daya Purwakarta pada kedalaman 7 kilometer.
Sebelumnya diberitakan, letusan freatik tanpa tanda-tanda vulkanik yang jelas seperti yang terjadi di Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berpotensi terjadi pada gunung-gunung berapi di Jawa Barat.
Gunung Tangkubanparahu di Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan Papandayan di Kabupaten Garut disebut memiliki karakter yang sama dengan Gunung Semeru. Bisa meletus tiba-tiba.
Baca juga: Sesar Cirata, Sesar Aktif di Atas Waduk, Berpotensi Gempa 7 SR, Pernah Merusak Tahun 1834 dan 1862
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat, Dani Ramdan, mengatakan masyarakat di sekitar Gunung Api Tangkuban Parahu sebaiknya mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas ini.
Masyarakat, pengunjung, wisatawan, dan para pendaki, menurut Dani, juga direkomendasikan agar tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan turun atau mendekat ke kawah-kawah aktif lain Gunung Tangkuban Parahu.
"Warga juga tidak boleh menginap dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Tangkuban Parahu, terlebih ketika cuaca mendung dan hujan karena terdapatnya gas-gas vulkanik yang dapat membahayakan manusia," ujarnya kepada Tribun saat dihubungi melalui telepon, Minggu (5/12).
Kondisi serupa, ujar Dani, juga terjadi di Gunung Papandayan di Garut.
Masyarakat di sekitar Gunung Papandayan, pengunjung, wisatawan, dan pendaki juga tidak diperbolehkan beraktivitas dan menginap dalam kawasan bukaan kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Papandayan yaitu, Kawah Baru, Kawah Emas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk/Balagadama dalam radius 500 meter, serta ketika cuaca mendung dan hujan.
Masyarakat di sekitar Gunung Papandayan, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Papandayan juga harus mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului gejala-gejala vulkanik yang jelas.
Dani mengatakan, selain dua gunung api tadi, ada lima gunung api lain yang terus dipantau di Jawa Barat, yakni Gunung Salak di Sukabumi dan Bogor; Gunung Gede di Cianjur, Bogor, dan Sukabumi, Api Guntur; Gunung Guntur di Garut; Gunung Galunggung di Tasikmalaya dan Garut; dan Gunung Ciremai di Kuningan dan Majalengka.
"Berdasar info dari Vulkanologi, sejauh ini dari tujuh gunung berapi aktif yang ada di Jabar statusnya masih aman semua," ujar Dani. "Namun, untuk kesiapsiagaan, di setiap kabupaten atau kota di sekitar gunung berapi tersebut telah disusun rencana kontijensi," katanya.
Gunung Semeru mengalami erupsi, Sabtu (4/12) sekitar pukul 15.20 WIB. Erupsi Gunung Semeru mengeluarkan lava pijar, suara gemuruh, serta asap pekat berwarna abu-abu. Selain menimbulkan korban jiwa, erupsi juga mengakibatkan puluhan korban luka hingga sejumlah rumah warga rusak sedang hingga berat. (syarif abdussalam)