Gempa Bumi Terkini

Sesar Cirata, Sesar Aktif di Atas Waduk, Berpotensi Gempa 7 SR, Pernah Merusak Tahun 1834 dan 1862

Di perbatasan Cianjur, Purwakarta, dan Bandung Barat, ada Sesar Cirata yang kadang menggeliat.

Editor: taufik ismail
jurnal.unpad.ac.id
Gambaran patahan atau sesar di Jawa Barat. Di bagian tengah ada juga Sesar Cirata. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Di bawah Waduk Cirata dan sejumlah waduk lainnya di Purwakarta dan Bandung, ternyata ada sesar yang aktif.

Tadi pagi, Rabu (8/12/2021), gempa terjadi berpusat di sekitar Waduk Cirata.

Karenanya patahan atau sesar di kawasan tersebut dinamakan Sesar Cirata.

"Di wilayah Purwakarta tepatnya di sekitar Waduk Cirata juga termonitor adanya aktivitas kegempaan dan dirasakan," kata Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu melalui ponsel, Rabu (8/12/2021).

Rabu, 8 Desember 2021 pukul 05.18 WIB, wilayah Purwakarta dan sekitarnya diguncang gempa bumi tektonik.

Hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini berkekuatan M=3,4.

Episenter terletak pada koordinat 6.71 LS dan 107.35 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 18 km Barat Daya Purwakarta pada kedalaman 7 kilometer.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Cirata.

Dampak gempa bumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (Shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di wilayah Cipeundeuy, Cirata, Maniis dengan Skala Intensitas III MMI.

Patahan Cirata

Sesar Cirata ini ada di sekitar Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Purwakarta.

Disebutkan, patahan yang menghancurkan jalan di bawah waduk PLTA Cirata, Jawa Barat, beberapa tahun lalu ini tergolong rawan dan perlu diwaspadai.

Hal ini diungkapkan oleh Pusat Survei Geologi.

"Gempa mikro di daerah ini umumnya dangkal, kurang dari 10 kilometer. Ini berkaitan dengan pengaktifan kembali patahan bermekanisme gerak patahan naik, geser, dan turun," jelas Asdani Soehaemi, peneliti pada Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di laman National Geographic Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian Puslitbang Geologi, kondisi ini berpeluang menimbulkan gempa bumi berkekuatan 7 MS (Magnitude Surface, identik dengan Skala Richter) dalam waktu 80 tahun.  

"Pemantauan kegempaan secara periodik perlu dilakukan," Asdani mengutarakan. 

Di lajur Padalarang, antara Saguling dan Cirata, pernah terjadi gempa tahun 1910.

Tanggal 27 September dan 9 Oktober 1985, terjadi lagi gempa di kawasan ini dan terasa di Bandung.

Pada 15 April 2005, terjadi lagi gempa di Gunung Halu, selatan Saguling, berkekuatan 4,3 SR dengan kedalaman 5 kilometer. Gempa ini merusak rumah penduduk.

Pada pertengahan Desember 2010, tanah di bawah lajur Padalarang antara Saguling dan Cirata mengalami retakan.

Retakan sepanjang 5 sampai 15 sentimeter itu terjadi di beberapa tempat, mengakibatkan sebagian ruas badan jalan anjlok.

Rawan semakin bertambah karena beberapa bendungan terletak pada lajur patahan aktif ini.

Waduk-waduk itu termasuk Waduk Cirata dan Saguling di hulu, serta Waduk Jatiluhur di hilir, yang menyediakan energi untuk PLTA pemasok listrik jaringan interkoneksi Pulau Jawa-Bali.

Laman Kompas tahun lalu memberitakan, wilayah antara Cianjur dan Purwakarta memang termasuk daerah rawan gempa.

Sejaran gempa merusak yang pernah terjadi di wilayah ini adalah gempa Cianjur pada tahun 1834 dan gempa Purwakarta di tahun 1862.

Baca juga: Lima Gempa Guncang di Pangalengan Bandung Tadi Malam, Sesar Garsela Sedang Menggeliat, Ini Kata BMKG

Sebagian artikel ini sudah tayang di laman National Geographic Indonesia dengan judul, Patahan Cirata Rawan dan "Setelah Sukabumi, Gempa M 3,7 Guncang Purwakarta dan Cianjur".

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved