BPBD Jabar Siagakan Pasukan Hadapi Potensi Bencana dan Kerawanan Bencana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat telah memetakan sejumlah kerawanan bencana di sejumlah wilayah di Jawa Barat.
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat telah memetakan sejumlah kerawanan bencana di sejumlah wilayah di Jawa Barat.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jabar, Dani Ramdan mengatakan, ada dua potensi bencana paling rawan di Jabar yakni banjir dan longsor.
"Pertama longsor karena memang kondisi Jawa Barat ini sangat banyak kecuraman, kedua banjir karena aliran sungainya paling banyak dan intensitas hujan paling tinggi," ujar Dani, disela Apel Kesiapsiagaan darurat bencana, di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (23/11/2021).
Berdasarkan hasil kajian resiko, kata dia, wilayah Jabar Selatan Kabupaten Bogor, Cianjur dan Kabupaten Garut menjadi daerah paling tinggi terjadi bencana longsor.
"Kita punya dokumen kajian resiko yang selalu diupdate setiap tahunnya, disitu terdapat peta-peta rawan bencana yang mutakhir dan menjadi rekomendasi untuk instansi terkait maupun masyarakat," katanya.
Menurut prakiraan cuaca, kata dia puncak potensi bencana bakal terjadi pada Januari sampai Februari 2022.
Menghadapi pontensi bencana tersebut, BPBD bersama sejumlah intansi lain menyiagakan pasukan sepanjang Oktober 2021 sampai April 2022.
"BPBD siap siaga dan mengaktivasi posko 1x24 jam, 7 hari dalam seminggu diseluruh Kabupaten Kota di Jawa Barat," ucapnya.
Selain BPBD, kata dia, sejumlah instansi seperti TNI, Polri, SAR, PMI dan relawan kebencanaan juga disiapkan.
Gabungan pasukan yang disiagakan untuk menghadapi darurat bencana ini, kata dia, jumlahnya mencapai ratusan ribu dan tersebar di setiap wilayah Kota-Kabupaten di Jawa Barat.
"Selain kekutan ketahanan dan keamanan mereka itu juga adalah penanggulangan bencana, jadi pada saat tanggap darurat, TNI-Polri ikut terjun, kemudian tentu saja jajaran BPBD, Basarnas, PMI dan para relawan," katanya.
Menurut dia, dari sisi personel memang tidak mengalami kekurangan, namun dari peralatan pihaknya masih mengandalkan pengadaan dua tahun lalu, karena dua tahun terakhir anggaran belanja BPBD dikurangi dan dialihkan untuk penanganan Covid-19.
"Mudah-mudahan saja masih bisa dihandle," ucapnya.